'Teror' Kapal China di Natuna Usik Eksplorasi Migas, PKS Minta Pemerintah Tegas

Senin, 30 Agustus 2021 – 12:36 WIB
Ilustrasi kapal asing yang tertangkap di Laut Natuta dan menggangu eksplorasi migas di Blok Tuna. Foto: Humas Bakamla

jpnn.com, JAKARTA - Politikus PKS Mulyanto meminta pemerintah bersikap tegas terhadap pelanggaran kapal-kapal China di kawasan laut Natuna.

Pasalnya hal ini berkaitan dengan kedaulatan bangsa dan negara.

BACA JUGA: KSAL Minta Prajuritnya Menjaga Stabilitas Laut Natuna Melalui Diplomasi

"Pemerintah harus memberikan perhatian serius," ungkap Mulyanto di Jakarta, Senin (30/8).

Menurutnya, laut Natuna termasuk wilayah kerja migas di lepas pantai Indonesia, keberadaan kapal China dikhawatirkan dapat mengganggu keamanan dan kenyamanan proses kerja migas di wilayah tersebut.

BACA JUGA: 2 Jenazah Lagi Telah Dievakuasi, Pencarian Diperluas hingga ke Perairan Natuna

"Kita tidak ingin upaya kita untuk meningkatkan lifting minyak menuju satu juta barel per hari di tahun 2030, baik melalui eksplorasi cadangan baru maupun eksploitasi, sebagaimana dilakukan di wilayah kerja migas blok Tuna ini," ujar Mulyanto.

Pemerintah harus memastikan tidak ada provokasi atau tindakan-tindakan lain dari pihak asing yang dapat mengganggu kepentingan nasional Indonesia di wilayah kerja migas blok Tuna.

BACA JUGA: Kapal Asing Makin Merajalela Mencuri Ikan di Laut Natuna, Kerap Mengintimidasi Nelayan Lokal 

"Pemerintah jangan lambat mengambil tindakan," kata dia.

Anggota Komisi VII DPR RI itu menambahkan pemerintah harus memberikan rasa aman dan nyaman sehinga kerja eksplorasi maupun eksplotasi di wilayah kerja migas laut Natuna berjalan lancar.

Sebelumnya Energyvoice.com melaporkan terjadi gangguan pengeboran Harbour Energy di Blok Tuna oleh kapal berbendera China.

Dikatakan insiden tersebut mengganggu proses pengeboran minyak nasional yang dikerjasamakan dengan perusahaan Rusia di Laut China Selatan (LCS).

Pengeboran sumur eksplorasi Singa Laut-2 di blok Tuna dilakukan sejak Juli lalu oleh Premier Oil Tuna B.V.

Pada 2020 lalu, perusahaan ini telah mendapatkan partner untuk mengelola Blok Tuna di perairan Natuna tersebut, Zarubezhneft.

Zarubezhneft adalah perusahaan migas milik pemerintah Rusia yang dilaporkan mengakuisisi 50 persen hak partisipasinya melalui anak usahanya, ZN Asia Ltd.

Akuisisi ini membuat Premier Oil berganti menjadi Harbour Energy.

Blok ini terletak di Laut Natuna di dekat perbatasan Vietnam, dengan kedalaman air sekitar 110 meter.

Blok ini sendiri memiliki peran strategis bagi geopolitik Indonesia. Karena terletak di perbatasan dengan Vietnam dan dekat dengan LCS yang kerap menjadi sengketa banyak negara sekitarnya. (mcr10/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 2 Kapal Asing Masuk Perairan Natuna Disikat Ditpolair Baharkam Polri, Mantap


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler