Teroris dan Ekstremis Mulai Gunakan COVID-19 Sebagai Senjata, Modusnya Mengerikan

Kamis, 19 November 2020 – 22:49 WIB
Ilustrasi logo virus corona. foto: Antara

jpnn.com, NEW YORK - Salah satu lembaga di bawah PBB menemukan bahwa teroris, ekstremis dan kelompok kriminal mengeksploitasi pandemi COVID-19 untuk merusak kepercayaan terhadap pemerintah dan bahkan menggunakan virus itu sebagai senjata.

Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh United Nations Interregional Crime and Justice Research Institute (UNICRI), Rabu (18/11), teroris, ekstremis brutal, dan kelompok kriminal terorganisasi mencoba memanfaatkan pandemi untuk memperluas aktivitas mereka, serta mengacaukan keefektifan dan kredibilitas langkah respons dari pemerintah.

BACA JUGA: Tiongkok Tangguhkan Dua Penerbangan Sriwijaya Air Gegara COVID-19

"Yang juga mengkhawatirkan adalah bahwa beberapa kelompok teroris dan ekstremis brutal berusaha menyalahgunakan media sosial untuk menghasut calon teroris agar sengaja menyebarkan COVID-19 dan menggunakannya sebagai bentuk improvisasi senjata biologis," kata Direktur UNICRI Antonia Marie De Meo dalam pengantar laporan berjudul "Hentikan Virus Disinformasi" itu.

Menurut laporan tersebut, para peneliti menemukan bahwa media sosial dapat digunakan untuk menginspirasi aksi terorisme, memotivasi orang-orang yang meradikalisasi diri untuk melakukan serangan nyata.

BACA JUGA: Duh, 5 Warga Megamendung Reaktif Covid-19 Setelah Acara FPI

"Ada kasus ketika kelompok ekstremis sayap kanan secara eksplisit meminta pengikut mereka untuk menyebarkan virus dengan batuk di lingkungan minoritas lokal mereka atau mendatangi tempat perkumpulan kelompok agama atau ras minoritas tertentu. Kelompok lain menganjurkan untuk menyebarkan penyakit COVID-19 di negara-negara dengan populasi besar atau tingkat polusi tinggi," katanya.

Para peneliti memeriksa tiga kelompok aktor nonnegara, yaitu ekstremis sayap kanan, kelompok yang terkait dengan ISIS dan Al-Qaeda, serta kelompok kejahatan terorganisasi.

BACA JUGA: Epidemiolog Minta Pemerintah Lakukan Tes COVID-19 Massal di Penjara

Para peneliti UNICRI menggambarkan bagaimana para ekstremis, terutama kelompok sayap kanan, menggunakan media sosial untuk menyebarkan teori konspirasi dan disinformasi tentang virus tersebut.

Selain itu, mereka juga memperluas jaringan mereka dengan mengeksploitasi algoritme yang mengidentifikasi orang-orang yang mungkin simpatik dengan menekan tombol Like dan mengirimkan meme-meme tertentu.

Teori-teori konspirasi ini sering memadukan cerita yang berbeda dan kontradiktif. Contohnya, isu soal sinyal ponsel 5G sebagai kendaraan untuk menularkan virus, atau klaim palsu bahwa pandemi didalangi oleh Bill Gates untuk menanamkan mikrocip pada manusia.

"Atau gagasan keliru bahwa virus adalah berita bohong dan tidak ada," tulis UNICRI dalam laporan tersebut.

Krisis ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi ini juga memberi celah kepada kelompok-kelompok kriminal untuk mengambil alih perusahaan dan toko resmi yang mungkin berisiko bangkrut, mengutip kasus kartel narkoba yang mencoba mengambil alih apotek di empat negara bagian Meksiko, dan penyelidikan terkait pemerasan di Italia. (xinhua/ant/dil/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler