Teroris Keluar Masuk Markas BIN?

Sabtu, 25 Juli 2009 – 15:59 WIB

JAKARTA -- Polemik seputar peledakan bom di hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton pada 17 Juli 2009 terus berlanjutPenulis buku 'Di Balik Bom Kuningan', Umar Abduh mengatakan, pelaku pemboman bukan dari kelompok Jamaah Islamiyah (JI)

BACA JUGA: Hayono Isman Incar Posisi Ketua DPR

Dijelaskan, sejak JI tidak lagi di bawah kendali Abdullah Sungkar yakni pada 1999, jaringan JI terpecah belah
Antara lain kelompok Abu Bakar Baasyir yang mendirikan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) yang berprinsip tidak akan menyerang musuh yang lagi duduk-duduk santai

BACA JUGA: Sekenario Teror Gunakan Pesawat



"Abu Bakar Baasyir melarang menyerang musuh yang bukan di daerah konflik
Jadi, JI tidak terlibat

BACA JUGA: Lima Tahun, KPK Terima 35.810 Pengaduan

Yang ada, JI terlibat di daerah konflik sebagai bentuk solidaritas terhadap sesama muslim, di luar negeri sekalipun mereka akan membantu," ujar Umar Abduh yang dikenal dekat dengan aktifis JI, dalam sebuah diskusi bertema 'Apa dan Bagaimana Teroris' yang digelar di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (25/7)Talkshow  ini juga disiarkan jaringan radio Trijaya FM.

Lantas, siapa pelaku bom di Marriott dan Rizt Carlton? Dengan lugas mantan napol kasus Woyla itu mengatakan, pelaku berasal dari kelompok teroris yang sudah terkooptasi oleh intelijen Indonesia"Jaringan itu sering keluar masuk di Pejaten," ujarnya entengHanya saja, dia tidak menyebut secara gamblang bahwa yang dimaksud adalah markas Badan Intelijen Negara (BIN) yang berada di Pejaten, Jakarta Selatan.

Lantas, Umar Abduh membeberkan sejumlah hal yang menurutnya anehPertama, selalu saja setiap terjadi peledakan bom, aparat kepolisian langsung menyebut nama Noerdin M TopPadahal, lanjutnya, seluruh teroris alumni Afganistan mahir merakit bomMenurutnya, sebenarnya peran Noerdin hanyalah sebagai penentu akhir siapa yang layak melakukan eksekusi"Dia yang terakhir menentukan siapa yang layak menjadi pengantin sahid," ucap peneliti di Centre for Democracy and Social Studies (CeDsos) itu.

Keganjilan kedua, selalu saja aparat kepolisian tidak berhasil menangkap Noerdin "Dia dikejar setelah lariIni ada apa?" ujarnyaKalau mau serius, mestinya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan kepada Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri dan Kepala BIN Syamsir Siregar untuk cepat menangkap Noerdin M Top"Presiden mestinya menegaskan, ‘kalau tidak tertangkap saya pecat Kapolri dan Kepala BIN’Jangan ditangkap menunggu saat yang tepat," cetusnya.

Keganjilan ketiga, gambar yang ditayangkan rekaman CCTV menunjukkan bahwa kamera CCTV bergerak mengikuti langkah pelaku pemboman"Selama ini, yang saya tahu, kamera CCTV itu statistapi ini kok bisa tengok kanan kiriApa ada handycam? Ini harus dipertanyakan," sergahnya berapi-apiDia menyatakan, sikap negara tidak jelas dalam mengatasi terorisme"Ini proyek terorisme, bukan proyek untuk mengatasi terorisme," imbuhnya.

Keempat, sore hari setelah ada peledakan bom, Presiden SBY malah memerankan dirinya sebagai juru bicara KapolriDia menduga ada orang-orang di sekeliling presiden yang memberikan informasi di luar prosedur"Sehingga presiden tak fokus ke bom tapi lebih ke politis," ujarnyaAkibatnya presiden kuwalahan sendiri menghadapi penilaian publik atas pidatonya itu

Ketua Moderate Muslim Society, Zuhairi Misrawi yang juga hadir sebagai pembicara diskusi berharap jangan sampai terjadi 'perselingkuhan' antara teroris dengan negaraKalau ini benar terjadi seperti diduga Umar Abduh, katanya, maka Indonesia bisa seperti Pakistan dan Afganistan yang setiap saat terjadi peledakan bom yang berbau politis"Negara jangan bermain-main dengan gerakan iniTeroris itu penjahat, bukan justru dirangkul dan bahkan digunakan untuk politisasi," ujarnyaDia juga menanggapi pernyataan Umar"Kalau ada kelompok teroris yang keluar masuk BIN, itu harus dijelaskan," ujarnya.

Di tempat yang sama, pakar psikologi sosial dari Universitas Padjajaran Bandung Zaenal Abidin berharap, jangan ada lagi spekulasi-spekulasi yang justru bisa menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah dan aparat keamanan dalam menangani terorisme(sam/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pasca Ledakan, Baru Ada Status Travel Advisory


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler