Tersangka Pembunuh ANG tak Tamat SD, Ini Cerita Ibu dan Kakak Kandungnya

Selasa, 16 Juni 2015 – 05:50 WIB
Agustay Handa Manu (kiri). Foto: Radar Bali/dok.JPNN

AGUSTAY Handa Manu, 27, pembantu rumah tangga ibu asuh ANG, Margareith Ch. Megawe, sudah ditetapkan sebagai tersangka pelaku pembunuhan bocah cantik bernasib tragis itu.
----------
DJUNAIDI GARIB, Waingapu
---------
Agustay Handa Manu, yang lahir kelahiran 19 Juli 1988 itu adalah warga asal kampung Wudi desa Rambangaru, kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, NTT. Dari Waingapu, ibukota kabupaten Sumba Timur, desa tersebut berjarak sekitar 35 kilometer.

Kamis (11/6) petang, saya berhasil menemui ibu kandung  dan keluarga besar Agus di kediaman mereka yang sederhana, dan berada tepat di pesisir pantai. Rumah panggung itu berukuran mungil. Rumahnya beratap seng dan berdinding gedek bambu. Sekilas melihat, dindingnya sudah lapuk dan banyak berlubang.

BACA JUGA: Tahun Ini tak Ada Tes CPNS, DPR Minta Menteri yang Umumkan

Rumah itu ternyata merupakan peninggalan ayah Agustay, almarhum Markus Djawa Mila Ata. "Sekarang yang tinggal di sini saya, anak-anak dan cucu-cucu. Kami semua kerja sebagai petani," ungkap Maria Kadokang Madik, 60, ibu kandung Agustay Handa Manu.

Maria tidak sendiri. Ia ditemani putera tertuanya, Hiwa Hama Doru, 33, dan putrinya, Erni Lawa Djati, 28. Selain mereka bertiga, ada sejumlah anggota keluarga lainnya.

BACA JUGA: Inilah Nama-nama Jenderal yang Dikabarkan Daftar Capim KPK

Menurut Maria, dari hasil perkawinan dengan Markus Djawa Mila Ata, ia dikaruniai 10 putera dan puteri. Namun dari 10 anaknya tersebut, hanya si bungsu yang berpendidikan lebih tinggi dan kini masih duduk di bangku SMA.  

"Kami sembilan orang bersaudara sekolahnya semua tidak sampai tamat SD. Agustay Handa Manu juga begitu (tidak tamat SD, red). Agus adalah anak kelima dari kami yang berjumlah 10 bersaudara," tambah Hiwa.

BACA JUGA: Sistem Pengelolaan Tanah Bengkok Dikembalikan Seperti Semula

Hiwa mengungkapkan, Agustay memang pernah bersekolah tapi tidak sampai menamatkan pendidikannya di SD Inpres Rambangaru.

"Agustay Handa Manu sekolahnya hanya sampai di kelas V SD Inpres Rambangaru. Sebelum ke Bali, di Rambangaru dia tidak ada pekerjaan apa-apa selain bantu orang tua bertani. Di tahun 2014 kalau tidak salah, dia pamit ke Bali hanya untuk jalan-jalan saja. Itu juga karena diminta oleh pak Mangi Pati bekas Camat Haharu. Di Bali dia tinggal di kos-kosan milik Rofi Mangi Pati, salah satu anak dari Pak Mangi Pati yang kerja di perusahan ikan tuna Bali," paparnya.

Beberapa waktu kemudian, demikian Hiwa, ia dihubungi Agustay melalui telepon selulernya. Saat itu Agus mengabarkan kalau dia sudah mendapatkan pekerjaan di rumah seorang pendeta dan bertugas memberi makan ternak peliharaan majikannya, yaitu anjing, kucing, dan ayam.  

"Hanya sebatas itu saja yang kami tahu kalau dia sudah punya pekerjaan di rumah seorang pendeta di Bali. Tapi kami juga tidak tahu nama pendeta itu siapa," jelasnya.

Terkait kasus pembunuhan sadis disertai pemerkosaan terhadap bocah malang Angeline, Hiwa mengaku baru mengetahuinya Rabu (10/6) malam dari pemberitaan media televisi ketika menumpang nonton di rumah salah seorang warga desa Rambangaru.

Hal senada disampaikan Camat dan Kepala Polisi Sektor (IKapolsek) Haharu, Yacob Jeffry Supusepa dan Iptu I Made Murdja. Mereka mengenal Agustay Handa Manu ketika belum berangkat ke Bali.

"Dia itu dulunya sering main di depan kantor Polsek dan saya kenal betul orangnya. Kalau tidak salah, dia berangkat ke Bali satu atau dua tahun lalu," aku Murdja yang diaminkan Supusepa. (bersambung/aln)

BACA ARTIKEL LAINNYA... PP Direvisi, Kades di Pulau Jawa Diberi Bengkok Lagi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler