Terserang Virus Jembrana, Puluhan Sapi Mati Mendadak di Tuba

Senin, 02 April 2018 – 03:30 WIB
Sapi. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, LAMPUNG - Puluhan sapi mati mendadak di kabupaten Mesuji dan Tulangbawang (Tuba), Provinsi Lampung.

Penyebab sementara kematian sapi bali tersebut diduga karena terserang virus jembrana.

BACA JUGA: Arinal-Chusnunia All Out Perjuangkan Nasib Petani Lampung

Penyebaran virus ini tergolong cepat. Dari data Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Lampung, virus jembrana awalnya terdeteksi pada 14 Maret lalu di Desa Labuhanbatin, Wayserdang, Mesuji.

Kemudian, kasus serangan virus jembrana itu cepat merembet ke Kabupaten Tuba. Pada 19 Maret, Disbunnak Lampung mendapati laporan virus jembrana telah menginfeksi sapi peternak di Kampung Pasarbatang, Penawaraji, Tuba.

BACA JUGA: Polisi Sebut Kejiwaan Pembunuh Ibu Kandung akan Diperiksa

Serangan virus ini di Tuba tak main-main. Sedikitnya 30 sapi milik peternak mati mendadak. Puluhan sapi yang mati itu tersebar di tiga kecamatan.

Yakni Penawaraji, Meraksaaji, dan Banjarmargo. Kerugian akibat serangan virus jembrana di Tuba itu ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.

BACA JUGA: Amanah BliSPI Pusat, Ciptakan Pemain Andal asal Lampung

Sebagian besar sapi bali yang mati mendadak adalah yang dilepasliarkan oleh peternak.

Kepala Dinas Pertanian Tuba Sumarno membenarkan telah terjadi wabah jembrana atau juga dikenal sebagai penyakit keringat darah. Dia memperkirakan virus jembrana sudah menyebar sejak pertengahan Maret.

’’Benar, sudah ada laporan. Positif virus jembrana,” ungkap Smarno seperti dilansir Radar Lampung (Jawa Pos group) hari ini.

Dia menambahkan, untuk Tuba, ini kali pertamanya virus tersebut ditemukan menyerang sapi peternak. Sebelumnya, lanjut dia, penyakit ini lebih dulu muncul di Provinsi Sumatera Selatan dan Jambi.

Hingga saat ini, dua kampung diduga telah jadi endemik virus jembrana. Yakni Kampung Bujukagung, Kecamatan Banjarmargo, dan Kampung Pasarbatang di Kecamatan Penawaraji.

’’Daerah Bujukagung kan berada di jalur lintas timur. Kemungkinan besar akibat ada warga yang tengah membawa sapi berhenti di situ, kemudian ada lalat atau nyamuk hinggap di sapi yang sakit," terangnya.

Sumarno mengaku kaget dengan mewabahnya penyakit jembrana di Tuba. Untuk melakukan pencegahan, Dinas Pertanian Tuba meminta peternak mengisolasi sapi yang diduga telah terjangkit penyakit. ’’Artinya, di daerah endemik yang sudah terserang penyakit jembrana untuk dikandangkan dan tidak dilepasliarkan lagi," katanya.

Penyebab penyakit ini, lanjutnya, adalah virus. Hewan pengantar virusnya bisa berupa nyamuk atau lalat. Karenanya, peternak harus menjaga kebersihan kandang. ’’Agar tidak meluas, kami sudah lakukan penyuluhan dan penyuntikan vitamin,” paparnya.

Untuk sementara, sapi dari daerah endemik jembrana seperti Sumatera Selatan dan Jambi dilarang masuk Tuba. ’’Kami akan perketat pos lalu lintas peternakan,” tegasnya.

Dua pos yang berada di Bawanglatak dan Simpang Indo Lampung akan diperketat dengan melakukan pengecekan sapi yang hendak masuk. ’’Jadi setiap sapi yang akan melintas kami periksa surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) ada atau tidak, asal ternak, dan hal lainnya akan kami awasi terus," tuturnya.

Sumarno juga menyatakan telah melaporkan serangan virus jembrana ini ke Balai Veteriner. ’’Setelah dapat laporan dari masyarakat, kami langsung laporan ke Balai Veteriner, dan mereka turun mengambil sampel. Setelah dicek di laboratorium, positif penyakit jembrana," jelas dia.

Sirod, warga Kampung Batang, Kecamatan Penawaraji, merupakan salah satu peternak yang menderita kerugian akibat virus jembrana. Dua sapi miliknya mati mendadak. ’’Awalnya sih pada 22 Februari ada sapi yang tiba-tiba sakit. Karena takut mati, dua sapi itu langsung saya potong,” katanya.

Rupanya peristiwa itu berlanjut. Pada 2 Maret lalu, sapi Sirod mati mendadak. Kemudian pada 4 dan 8 Maret berturut-turut dua sapinya sakit. ’’Takut mati lagi, langsung saya potong,” paparnya.

Ketua kelompok ternak sapi Kecamatan Penawaraji Eko Agus Susanto menambahkan, berdasarkan catatannya di Penawaraji telah ada 15 sapi yang terjangkit virus jembrana. Saat ini belasan sapi milik para peternak itu sudah dikarantina.

’’Kami berharap ada tambahan bantuan obat-obatan dari pemerintah agar virus tidak menyebar ke sapi lainnya,” harap dia. (nal/c1/wdi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lihat, Petugas BKSDA Sita Hewan Liar Peliharaan Warga


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler