Terungkap, Dua Pengintai di Sekitar Rumah Novel Baswedan Ternyata...

Minggu, 23 April 2017 – 05:30 WIB
Kediaman Novel Baswedan. Foto: Fathan Sinaga/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Polda Metro Jaya memastikan, dua orang yang dicurigai sebagai pengintai Novel Baswedan tidak terlibat dengan penyiraman terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tersebut.

Dua orang itu bernama Mukhlis dan Hasan. Keduanya merupakan debt collector sekaligus mata elang bagi polisi. Keduanya kerap membantu dalam menemukan motor curian.

BACA JUGA: KPK tak Terpengaruh Tekanan Politik

Kepala Bidang Humas (Kabidhumas) Polda Metro Kombes Pol Argo Yuwono mengatakan, Hasan dan Mukhlis merupakan dua orang yang ada dalam foto yang tersebar selama ini.

Gambar muka keduanya tersebar di publik dari salah seorang saksi yang bernama Yono. Yono merupakan tetangga Novel.

BACA JUGA: Masinton: Saya Tantang Pimpinan KPK

”Waktu penyidikan Jumat malam (21/4, red), kami juga hadirkan Yono untuk mendapatkan tambahan fakta,” tutur dia.

Foto Hasan dan Mukhlis saat berada di depan rumah Novel diambil dalam waktu yang berbeda. Mukhlis duduk di depan rumah Novel pada 28 Februari.

BACA JUGA: KPK Sesalkan Pemberian Cuti untuk Terpidana Korupsi Hambalang

Sedangkan, Hasan pada 14 Maret. ”Yono ini yang ambil foto keduanya. Kami konfrontir antara Yono dengan kedua orang yang difotonya,” jelasnya.

Kedua orang tersebut khawatir karena foto mereka beredar luas. Mantan Kabidhumas Polda Jawa Timur itu menuturkan, akhirnya keduanya datang ke Mapolda Metro secara sukarela, bahkan tanpa perlu dijemput polisi.

”Hasan dan Mukhlis ini khawatir kalau keduanya disangkut-sangkutin dalam kasus Pak Novel. Polisi belum mengetahui keberadaan keduanya, tapi ke Polda sendiri ternyata,” terangnya.

Keduanya menampik dugaan bahwa mereka terlibat dalam penyiraman air keras. Saat penyiraman pada11 April tersebut, Hasan mengaku sedang berada di Malang, Jawa Timur.

Dia berada di kota apel itu sejak 6 – 13 April. ”Untuk Mukhlis mengakunya ada di Tambun, Bekasi Barat, Jawa Barat, sejak 5-15 April,” ungkapnya.

Untuk membuktikan keterangan itu, penyidik meminta Hasan menunjukkan tiket pesawat kepergiannya ke Malang.

Ternyata, Hasan memang memiliki tiket tersebut. ”Tapi, untuk memastikan semua itu perlu pendalaman,” ujarnya.

Langkah selanjutnya, polisi akan mengecek kembali apakah keduanya memang berada di lokasi yang disebut.

”Kami akan datang ke lokasi yang dimaksud Hasan dan Mukhlis. Kami santroni, bener atau nggak begitu ke orang yang ada di lokasi itu secepatnya,” ujarnya.

Lalu mengapa keduanya berada di sekitar rumah Novel? Argo menjelaskan, profesi dari Mukhlis dan Hasan adalah mata elang alias debt collector kendaraan.

Perusahaan pembiayaan atau leasing memakai jasa mereka untuk menemukan kendaraan yang kredit macet. ”Jadi, wajar mereka muter-muter,” jelasnya.

Bahkan, Keduanya juga sering membantu polisi dalam mengungkap tindak kejahatan pencurian motor (curanmor).

”Pas terekam oleh salah seorang tetangga Novel, Yono, keduanya sedang bertugas mencari pencuri motor di sekitar rumah Novel,” terang dia.

Selama membantu kepolisian, keduanya sudah menemukan lebih dari 20 kendaraan curian. Selama ini ada 27 laporan kehilangan kendaraan yang sudah disampaikan ke keduanya agar dibantu mencari. ”Mereka ikut membantu,” paparnya.

Kini, total saksi yang diperiksa yaitu 19 orang. Berbagai kritikan yang menilai polisi lamban menangani kasus tersebut bermunculan. Argo menanggapinya dengan santai.

”Polisi ini terus bekerja. Kami tidak berhenti menyidik sana dan sini. Lagi pula, untuk rekaman closed circuit television (CCTV, red) yang ada di depan rumah Pak Novel tidak terlihat juga siapa yang nyiram. Jadi kami masih kesulitan, nggak bisa asal nebak juga dong,” ujarnya.

Sementara Kadivhumas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar mengungkapkan, dalam kasus ini juga hanya ada satu CCTV yang dianalisa.

Artinya, memang barang bukti yang bisa menunjukkan identitas pelaku cukup minim. ”Belum lagi bicara kualitas gambarnya,” jelasnya.

Kejadian tersebut berlangsung saat subuh, kondisinya membuat kualitas gambar menjadi tidak maksimal. ”Tentunya, Polri terus berupaya untuk mengungkapkan,” terang mantan Kapolda Banten tersebut.

Selain itu, belajar dari kasus Novel yang cukup pelik, menunjukkan begitu pentingnya dalam CCTV untuk mengungkap sebuah kejahatan.

Kepolisian sebenarnya sudah mendorong CCTV perkotaan diperbanyak. Namun, sepertinya hingga saat ini belum maksimal. ”Padahal, diperlukan CCTV di setiap sudut kota,” jelasnya.

Sementara itu, Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengajak masyarakat sipil turut mengawal penanganan kasus Novel di kepolisian.

Hal itu sebagai salah satu upaya mempercepat penyelesaian penanganan perkara yang sudah berjalan lebih dari 10 hari tersebut. ”Apakah prosesnya ini untuk menemukan (pelaku penyiraman)?,” ujarnya, kemarin (22/4).

KPK siap berkoordinasi dengan kepolisian bila dibutuhkan informasi terkait percepatan penanganan perkara yang tidak berprikemanusiaan tersebut.

Komisi antirasuah juga mendukung pembentukan tim pencari fakta sepanjang itu dapat mengungkap siapa pelaku dan mengungkap aktor intelektual penyiraman itu. ”Ini jadi PR penting untuk menuntaskan perkara ini,” imbuhnya. (sam/idr/tyo)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Orang Misterius di Rumah Novel Ternyata “Mata Elang”


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler