Perlawanan mantan Ketua KPK Antasari Azhar belum berakhirSetelah mengajukan peninjauan kembali (PK), sosok kontroversial itu akan menerbitkan sejumlah buku karangannya dari balik penjara
BACA JUGA: Yudi Kurniawan, Petani asal Malang yang Melatih Pertanian di Gambia
Salah satu buku diluncurkan kemarin (15/9) di Jakarta------------------------------ ----------------------
AGUNG PUTU-SEKARING R., Jakarta
------------------------------ ----------------------
Antasari Azhar dan keluarga Cendana ternyata memiliki hubungan yang cukup baik
BACA JUGA: Utha Likumahua, Meninggal setelah 76 Hari Berjuang Melawan Stroke
Bahkan, Antasari sangat menghormati sosok almarhum mantan Presiden SoehartoSebelum menjadi ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari malang melintang menjadi jaksa
BACA JUGA: Muhammad Aulia Apriansyah, Pasien Ganti Hati Pertama RSCM yang Harus Operasi Lagi di Tiongkok
Namanya mencuat saat menjabat kepala Kejaksaan Negeri (Kejari) Jakarta SelatanNamun, mencuatnya nama Antasari bukan karena prestasi, tapi karena kegagalannya mengeksekusi Tommy Soeharto yang kabur duluan setelah grasinya ditolak Presiden Abdurrahman Wahid.Tommy ketika itu menjadi terpidana kasus korupsi tukar guling Goro-BulogPada 27 September 2000, Mahkamah Agung (MA) dalam putusan kasasinya menyatakan Tommy serta Ricardo Gelael bersalah dan dihukum 18 bulan penjara dengan ganti rugi Rp 30,6 miliar serta denda Rp 10 jutaSeminggu setelah itu, Tommy dan Ricardo mengajukan grasi, tapi ditolak.
Karena grasi sudah ditolak, putusan kasasi sudah berkekuatan hukum tetap alias inkrachtTommy harus dibuiNamun, karena terlau sore mendatangi rumah Tommy, Kejari Jakarta Selatan gagal menyeret Tommy ke hotel prodeoAntasari malah menyalahkan media karena terlalu cepat memberitakan penolakan grasi Tommy.
"Saya baru menerima putusan pengadilan atas perkara Tommy pukul lima soreSebelum pukul lima sore, koran sudah memuat Tommy dihukumSebelum saya turun ke lapangan, Tommy sudah tidak ada di rumahDia pergi karena koran sudah memberitakan duluan bahwa Tommy dihukum," kata Antasari dalam buku tersebut.
Antasari kembali berurusan dengan keluarga Cendana pada 2001Ketika itu, mantan Presiden Soeharto akan dibawa ke meja hijau terkait kasus-kasus korupsiNamun, kasus tersebut akhirnya tidak dilanjutkan karena tim kedokteran yang ditunjuk Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan menyatakan Soeharto menderita kerusakan otak permanen
"Saya melihat dan yakin apa yang dikatakan dokter tentang sakit permanenDokter menyatakan A, Pak Harto menjawab BSaat itu, rasa keadilan saya tersentuhHukum tidak berhenti pada kebenaran, tapi bermuara pada keadilan," tulisnya.
Antasari saat itu memang terlibat dalam pusaran kasus keluarga CendanaSebab, pada kurun 2000?2007, dia menjadi kepala Kejaksaan Negeri Jakarta SelatanBahkan, saat hendak memeriksa Soeharto, dia dipaksa Tutut (putri sulung Soeharto) untuk menandatangani surat kesediaan bertanggung jawab jika terjadi apa-apa terhadap Soeharto
"Di situlah saya melihat dan menyaksikanDari rumah di Jalan Cendana, saya didampingi TututSaya jemput Pak Harto, saya ketok kamarnyaSetelah saya lihat kondisi Pak Harto, nurani saya muncul," ungkapnya dalam buku tersebut.
Kedekatan dengan keluarga Cendana hanya sekelumit kisah yang dibeberkan Antasari dalam buku yang dia tulisBuku setebal 539 halaman itu diluncurkan kemarin di hall Arifin Panigoro di Universitas Al Azhar, Jakarta SelatanAntasari tidak hadir karena harus dibui di Lapas Kelas I TangerangDia diwakili istrinya, Ida Laksmiwati, serta dua putrinya, Andita Dianoctora Antasariputri dan Ajeng Oktarifka Antasariputri.
Hadir pula dalam peluncuran buku tersebut advokat Maqdir Ismail, artis Pong Hardjatmo, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fachry Hamzah, politikus Hati Nurani Rakyat (Hanura) Akbar Faisal dan Permadi, serta Jimly Asshiddiqie.
Jimly menjadi satu-satunya pembicara dalam acara peluncuran buku tersebutDia kembali menegaskan bahwa Antasari tidak bersalahMantan jaksa kelahiran Pangkal Pinang, Bangka, itu adalah korban peradilan sesat"Kalau saya jadi hakimnya, saya akan bebaskan Antasari karena memang dia sama sekali tidak bersalah," tegas Jimly lantas disambut tepuk tangan hadirin.
Sayangnya, buku tersebut tidak ditulis Antasari sendiriBuku itu ditulis Servas Pandur dengan menuliskan kutipan-kutipan dari Antasari melalui wawancara di Lapas Tangerang
Ida Laksmiwati menyatakan, Servas hanya membantu menulisSemua bahan dan draf tulisan berasal dari Antasari"Sebab, kan di penjara tidak bisa membawa komputerSemua bahan ditulis bapak di kertas selama enam bulan di penjaraKertas-kertas itu kemudian diverifikasi dengan data dan ditulis ulang," jelasnya.
Masih banyak kisah lainnyaYang paling seru tentu saja dugaan rekayasa kasus pembunuhan bos PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin ZulkarnaenKarena dianggap aktor intelektual, Antasari diganjar hukuman 18 tahun penjara.
Sebelum ditahan, ada beberapa kasus yang ditangani Antasari saat masih menjabat ketua KPKDi antaranya, kasus pengadaan alat penghitungan suara cepat di Komisi Pemilihan Umum (KPU) serta dugaan pejabat KPK yang menerima suap"Saya tidak tahu yang terlibat dalam kasus IT KPU itu siapaTiba-tiba saja saya sudah ditahan," tulisnya.
Buku tersebut menjadi media pembelaan AntasariSelain kedekatan dengan keluarga Cendana, dia mengungkapkan kronologi rekayasa kasus Bibit-Chandra yang heboh dengan cicak versus buaya serta kejanggalan-kejanggalan pembunuhan Nasrudin.
Dalam kasus Bibit-Chandra, Antasari kembali menyatakan bahwa rekaman pembicaraan dengan Anggoro Widjojo di Singapura tidak menyebut nama dua komisioner KPK itu sebagai penerima suap, tapi oknum berinisial AR dan MJ
Dalam wawancara Jawa Pos dengan Antasari di Lapas Tangerang, dia tidak menyalahkan saat Jawa Pos menyebut dua oknum itu adalah Ade Rahardja (deputi penindakan KPK) dan MJasin, salah seorang pimpinan KPK"Saya baru mau kumpulkan bukti, ternyata saya sudah ditahan," kata Antasari.
Ida menuturkan, buku tersebut hanyalah awalSuaminya masih menyiapkan seri buku-buku lainnyaTapi, temanya tidak akan serius seperti buku yang sekarang"Masih ada tiga lainnyaTapi, nanti isinya tentang komedi," ungkap perempuan kelahiran Malang, Jawa Timur, itu.
Peluncuran buku tersebut juga menjadi penanda kekompakan keluarga Antasari setelah sang kepala keluarga dipenjaraSebab, hampir semua teknis penerbitan dan peluncuran dikerjakan dua putri Antasari, Andita, 27, dan Ajeng, 25Mereka berdua harus hilir mudik mengurusi undangan, stok buku di toko-toko, dan launching kemarin (15/9)"Kami dibantu teman-teman papa jugaKebetulan, yang punya penerbit ini teman papa," kata Ajeng.
Ida, Andita, dan Ajeng kini menjadi tiga srikandi pembela AntasariMereka bertiga saling berbagi peran menggalang dukunganIda kebagian tugas urusan domestik seperti menyiapkan makanan dan pakaian untuk Antasari"Ibu urusan domestik, saya sama kakak urusan luar negeri," ujar Ajeng lantas terkekeh.
Andita menuturkan, Ajeng-lah yang paling banyak berperan dalam setiap kegiatan terkait dengan AntasariSebab, dia lebih punya waktu luangSaat ini, kuliah S-2 dia di Universitas Trisakti hampir rampungTinggal menyelesaikan tesis"Kalau saya, kan sudah bekerja," kata Andita yang berprofesi sebagai dokter umum di sebuah perusahaan asuransi kesehatan itu.
"Kami sudah kangen papa kembali ke rumah bersama kamiMemang, setiap hari kami bisa mengunjungi papa di penjaraTapi, semua dibatasi waktu dan tidak bisa leluasaSemoga yang kami lakukan bisa membuat papa bebas," tutur Ajeng(c5/kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sepuluh Tahun Amerika Serikat Dibayangi Trauma Tragedi 9/11
Redaktur : Tim Redaksi