Yudi Kurniawan, Petani asal Malang yang Melatih Pertanian di Gambia

Omzet "Daun Ajaib" Capai Rp 1 M, Bakal Perkenalkan Pola Legawa

Kamis, 15 September 2011 – 08:08 WIB
Yudi Kurniawan. Foto : Hilmi Setiawan/Jawa Pos

Yudi Kurniawan terpilih mewakili Indonesia berkat kesuksesannya berinovasi dalam bercocok tanamSedih melihat banyak anak muda yang malu menjadi petani.
 
Moh

BACA JUGA: Utha Likumahua, Meninggal setelah 76 Hari Berjuang Melawan Stroke

Hilmi Setiawan-Jakarta
 
KENANGAN indah di Fiji enam tahun silam itu masih terekam kuat di benak Yudi Kurniawan
Petani asal Lawang, Malang, tersebut begitu terharu ketika warga negeri di Pasifik tersebut melepas kepergiannya dengan tangis

BACA JUGA: Muhammad Aulia Apriansyah, Pasien Ganti Hati Pertama RSCM yang Harus Operasi Lagi di Tiongkok



Hal itu tak lepas dari kerja keras Yudi di salah satu wilayah di Fiji yang berbuah sangat positif
Ayah tiga anak tersebut berhasil melatih petani setempat meningkatkan hasil cocok tanam sayuran

BACA JUGA: Sepuluh Tahun Amerika Serikat Dibayangi Trauma Tragedi 9/11

Dari awalnya dua ton per tahun menjadi enam ton per tahun
 
"Saya ingin sepulang dari Gambia nanti juga dilepas warga sana dengan tangis rindu dan sedihSebab, itu berarti saya berhasil membantu mereka," kata pria yang bersama keluarga berdomisili di Perumahan Bukit Lawang Indah, Lawang, Malang, itu ketika ditemui di Jakarta akhir pekan lalu.
 
Gambia? Ya, ke negeri di Afrika Barat itulah Yudi akan berangkat pada pekan ini ditemani dua staf Kementerian PertanianTujuannya, sama dengan ke Fiji pada 2005 dulu, memberikan pelatihan bercocok tanamHanya, bedanya, kalau di Fiji berfokus pada sayuran, fokus di Gambia nanti adalah beras.
 
Keberangkatan pria kelahiran Situbondo, 26 September 1965, itu merupakan hasil kerja sama dua negara, dalam hal ini Kementerian Pertanian dan Kementerian Luar NegeriDijadwalkan, Yudi bakal berada di negeri bekas jajahan Inggris itu hingga akhir November mendatang.

"Terpaksa meninggalkan rumah cukup lamaTapi, tidak apa-apa, kan tugas negara," ujar suami Surini itu.

Terpilihnya Yudi mewakili Indonesia tersebut tentu tak lepas dari jejak kesuksesannya menjadi petaniMemulai dari lahan milik orang tua seluas 1 hektare di Situbondo dengan menanam padi dan semangka, kini dia memiliki lahan sendiri seluas 40 hektare di Lawang

Di lahan seluas itulah kini dirinya bercocok tanam ashitaba, sayuran yang dia kenal kala belajar pertanian organik secara swadaya di Jepang pada akhir 1980-an.
 
Pengolahan sayur ashitaba itu mirip tehDiambil daunnya, lalu diseduh menjadi minumanDaun ashitaba atau yang dikenal dengan sebutan "daun ajaib" tersebut konon bisa mencegah kanker kulit dan diabetes serta menurunkan timbunan kolesterol.

Dari lahan seluas 40 hektare itu, saat ini Yudi bisa memanen "daun ajaib" tersebut hingga 1.000 ton per tahunPer kilogram, sayuran Jepang itu berharga Rp 1.000Artinya, dalam setahun, omzet Yudi dari si "daun ajaib" tersebut mencapai Rp 1 miliar, hampir setara dengan nilai korupsi di Kemenakertrans yang menghebohkan itu yang mencapai Rp 1,5 miliar

Keberanian berinovasi menjadi salah satu pilar kesuksesan Yudi sebagai petaniMisalnya, dalam hal pola tanamDia memperkenalkan apa yang disebut pola legawaResep itu pula yang akan dia ajarkan di Gambia.

Sesuai dengan namanya, bertanam padi dengan pola itu harus legawa"Legawa itu kan artinya longgar," timpal Yudi.

Yang dimaksud longgar tersebut adalah menanam padi dengan jarak barisan tertentuMisalnya, baris setelah baris kedua tanaman padi harus dikosongkanLalu, padi mulai ditanam lagi pada baris keempatBegitu seterusnya"Harus ada beberapa baris yang dikosongkan," jelas ayah Firman Hanafi, 12; Risnaldi Al Maragi, 10; dan Filisa Kirena, 8, tersebut.

Dengan pola penanaman padi seperti itu, jelas Yudi, pertumbuhan akar padi bisa maksimalAkar bisa menjulur panjang dan ke mana-manaTanpa harus bersenggolan bahkan sampai semrawut dengan akar-akar padi lainnya

Sementara itu, jarak tanam antarpadi masih menggunakan pola 25 x 25 cmMaksudnya, jarak antara padi di depan, belakang, samping kiri, dan kanan adalah 25 cm.

Pria yang terpilih sebagai Pemuda Pelopor 1990 tersebut menjamin, berkurangnya tanaman padi itu tidak bakal membuat kualitas panen menyusutSebab, jika pergerakan akar padi semakin luas dan tidak sesak, otomatis bulir-bulir padi bakal semakin gemuk.

Akibatnya, jika ditimbang, hasil panen tetap tinggi walaupun tanaman dikurangiBulir-bulir padi itu menjadi lebih gemuk karena dipicu daya serap oksigen serta kandungan lainnya oleh akar yang maksimal"Kesuksesan bertani padi kan dihitung dari beratnya padi saat panen, bukan banyaknya tanaman padi," terang alumnus SMAN 1 Situbondo tersebut lantas tersenyum.

Yudi yakin, pola legawa itu bakal mampu menggenjot hasil panen padi di GambiaDia juga membantah tanah di Gambia bakal menjadi hambatanSebab, dari yang dia ketahui, tanah di negeri terkecil di daratan Afrika tersebut potensial untuk menanam padi.

Berdasar data yang tersaji di World Factbook CIA, tanah di negeri yang berbatasan dengan Senegal dan Samudera Atlantik tersebut memang tergolong suburKarena itulah, mayoritas penduduk di sana menggantungkan hidup pada sektor pertanian, disusul perikanan dan turisme

Gambia juga dikenal sebagai satu di antara sedikit saja negeri di Afrika yang pemerintahannya stabilSeperti Indonesia, mayoritas warga negeri persemakmuran tersebut memeluk IslamFaktor-faktor itu sedikit banyak tentu juga akan mendukung kiprah Yudi di Gambia

Tapi, keberhasilan Yudi di Gambia sudah pasti bergantung pada keberhasilannya meyakinkan petani di sanaPengalaman di Fiji akan sangat membantuJuga, kesuksesannya berjuang membuka mata banyak orang bahwa bercocok tanam, asalkan dikerjakan secara ulet dan sungguh-sungguh, merupakan profesi yang bisa menghadirkan prestasi

Yudi terus terang merasa heran atas sikap kebanyakan anak muda zaman sekarang yang merasa malu menjadi petaniAkibatnya, kendati orang tuanya memiliki lahan memadai, mereka lebih memilih pergi ke kota untuk mencari pekerjaanAtau, lebih berharap menjadi pegawai negeri sipil (PNS)"Padahal, jika digeluti dengan serius, penghasilan seorang petani bisa melebihi seorang PNS," tegasnya

Untungnya, jelas Yudi, anak-anaknya tidak ikut gerbong generasi muda yang malu dengan dunia pertanian"Anak pertama saya tidak canggung ngomong kepada temannya bahwa ayahnya seorang petani," paparnya.

Dalam rangka menyebarkan semangat bercocok tanam itu, setiba dari Gambia nanti, dirinya bakal bercerita kepada rekan-rekannya di kampungDia berharap cerita seorang petani yang bisa terbang lintas benua itu dapat memompa calon-calon petani lainnyaDia tidak ingin masa depan daerah-daerah kantong pertanian menjadi kosong karena ditinggal penduduknya ke kota(*/c5)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hermansyah, Salah Satu Legenda Penjaga Gawang Indonesia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler