jpnn.com, JAKARTA - Saham perusahaan teknologi di Indonesia mengalami nasib yang mirip dengan investasi yang dilakukan oleh Softbank.
Emiten bank digital seperti Bank Jago (ARTO) dan market place seperti BukaLapak (BUKA) dan Gojek Tokopedia (GOTO) mengalami koreksi yang cukup dalam.
BACA JUGA: IHSG Masih Anjlok, Cermati Rekomendasi Saham Ini
Bahkan Softbank melalui investasinya Vision Fund mencatatkan kerugian rekor kerugian USD 27 miliar atau Rp 395 triliun.
Pasalnya, harga saham efek anjlok karena efek kebijakan The Fed yang menaikkan suku bunga acuannya pekan lalu. Vision Fund pun ditutup anjlok 11 persen jika dibandingkan harga saham bulan lalu.
BACA JUGA: Geely Bakal Beli Saham Renault, Ini Target Bisnisnya
Investor baik Indonesia maupun global saat ini berbondong-bondong melepaskan sahamnya dan beralih mengkonversi uangnya ke USD. Saham yang banyak dilepas oleh investor saat ini adalah emiten di perusahaan teknologi.
Senior Vice President Corporate Communication & Investor Relation Telkom Ahmad Reza mengatakan harga saham bisa turun, tetapi bisa juga melonjak cukup tinggi.
BACA JUGA: Usai Lebaran IHSG Hari Ini Dibuka Melemah 74 Poin, Coba Cermati Saham Berikut
Menurutnya, semua tergantung kondisi pasar baik itu global maupun regional. Naiknya turunnya harga saham dipercaya akan membuat potensi capital gain ataupun capital lost.
"Dinamika harga saham merupakan suatu yang lazim terjadi. Seperti misalnya tahun lalu, kami mencatatkan unrealized gain atas investasi GoTo sebesar Rp 2,5 triliun. Namun, kini bisa terjadi unrealized loss," ujar Reza di Jakarta, Senin (16/5).
Reza menilai ketika Telkom Group mengambil keputusan untuk berinvestasi di suatu perusahaan, tidak semata-mata hanya mempertimbangkan aspek untung rugi.
Namun, mempertimbangkan aspek yang lebih besar luas lagi, seperti sinergi dalam upaya membangun ekosistem digital nasional yang lebih besar, salah satunya melalui investasi Telkom Group di GoTo.
Oleh karena itu, investasi Telkom Group di GoTo, diyakini akan menciptakan kolaborasi dan sinergi yang sangat bagus.
Reza menyebutkan salah satunya adalah menghadirkan program khusus untuk Mitra Gojek serta easy onboarding merchant Mitra Gojek menjadi reseller Telkomsel, akses mudah untuk reseller melalui GoShop, dan fitur keamaman seperti number masking.
Merger Gojek-Tokopedia diharapkan semakin memperkuat investasi Telkomsel di Gojek untuk menjadi solusi digital yang lengkap dengan nilai sinergi value yang cukup tinggi.
Telkomsel juga memberikan solusi kepada pengemudi dan merchant Gojek untuk meningkatkan engagement melalui penggunaan layanan digital connectivity dan platform advertising Telkomsel.
"Sehingga dengan adanya program sinergi ini, kami berharap akan tercipta nilai tambah (value creation) yang berkelanjutan baik bagi Telkom, GoTo dan Indonesia di masa depan," kata Reza.
Kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) atau 0,50 persen membuat indeks seluruh saham global mengalami tekanan jual.
Meski mengalami koreksi, Reza meyakini prospek industri digital di Indonesia masih cukup menjanjikan. Penetrasi masyarakat akan layanan digital yang masih rendah.
"Potensi industri digital di Indonesia berpotensi untuk terus meningkat," tegas Reza. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul