jpnn.com - BANDA ACEH - Gubernur Nangroe Aceh Darussalam (NAD) Zaini Abdullah menegaskan komitmennya untuk menjadikan provinsi yang dipimpinnya sebagai destinasi wisata halal kelas dunia. Zaini menyampaikan komitmennya saat berpidato pada Rapt Koordinasi (Rakor) Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh, di Hotel Hermes, Banda Aceh, Senin (19/9).
Di hadapan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang juga hadir pada rakor itu, Zaini mengungkapkan tekadnya untuk membangun destinasi halal kelas dunia. Ia akan menggunakan konsep Go Digital be The Best yang disuarakan Menpar Arief Yahya untuk mempercepat upaya mewujudkan Aceh sebagai destinasi wisata halal itu.
BACA JUGA: Transmigran Sukses Pikat Warga Gunungkidul Bertransmigrasi
"Kami ingin menuju Aceh sebagai destinasi halal kelas dunia. Kami ingin menggunakan teknologi dan go digital untuk percepatan," kata Zaini yang disambut tepuk tangan.
Komitmen itu dilanjutkan dengan deklarasi bersama Pemprov NAD dan pemerintah kabupaten/kota di Bumi Serambi Mekah itu untuk mewujudkan destinasi wisata. Ada 4 point dalam deklarasi itu. Pertama adalah menjadikan Aceh sebagai destinasi wisata halal unggulan.
BACA JUGA: Kasihan, Janda Cantik Cucu Eks Wapres Ini Diludahi Mantan
Kedua, memprioritaskan program percepatan pembangunan dan pengembangan sektor pariwisata sehingga menjadi leading sector dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di masing-masing daerah. Ketiga, menjadi tanggung jawab bersama dalam memajukan pariwisata halal di Aceh dengan melibatkan semua elemen, khususnya pemerintah, tokoh masyarakat, akademisi, pelaku bisnis, media, dan komunitas.
Keempat, memprioritaskan pariwisata halal di Aceh melalui beberapa tahap. Yakni, penyiapan dan peningkatan konektivitas, aksesibilitas, amenitas dan kualitas atraksi di beberapa obyek wisata unggulan.
BACA JUGA: Minta Dilamar Pacar, Ani Malah Kena Hajar
Upaya yang ditempuh adalah meningkatkan kualitas promosi dan publikasi wisata halal di tingkat daerah, nasional, maupun internasional, serta menggenjot kualitas sumber daya manusia dan kelembagaan pariwisata halal. Selain itu, ada pula upaya memajukan, menyiapkan, dan meningkatkan industri wisata halal di Aceh, serta mendorong pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat.
Menpar Arief Yahya pun memberi respons positif atas deklarasi itu. “Saya melihat semua sangat serius dan bersemangat," katanya.
Arief Yahya mengingatkan agar para bupati/wali kota di NAD sebagai chief executive officer (CEO) di daerah masing-masing untuk serius membangun komitmen. Tanpa itu, hampir bisa dipastikan program yang sudah dideklarasikan akan mandek.
Apalagi Aceh sudah mengusung The Light of Aceh atau Cahaya Aceh sebagai branding. "Saya setuju dengan branding The Light of Aceh! Cahaya Aceh. Tinggal logonya yang harus di-connecting dengan logo national branding kita, Wonderful Indonesia atau Pesona Indonesia," harapnya.
Mengapa harus connect? "Agar menyambung dengan kombinasi warna logo Wonderful Indonesia yang sudah dipromoaikan ke seluruh penjuru dunia. Sudah habis ratusan miliar rupiah untuk memopulerkan Wonderful Indonesia itu diberbagai media terbesar. Kalau tidak dicantolkan dengan itu, sayang banget!" ungkapnya.
Arief mencontohkan logo Halal Tourism by Wonderful Indonesia. Logonya bagus. Berhuruf Arab yang terdiri dari hak, lam, lam, yang jika disatukan menghasilkan kata: halal.
Unsur warnanya sudah memenuhi syarat. "Masih cukup waktu untuk memperbaiki warna-warni logo The Light of Aceh," kata dia.
Arief berkunjung ke Banda Aceh bukan hanya untuk mengunjungi Rakor Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi NAD. Ditemani Deputi Kelembagaan dan SDM Ahman Sya, Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Dadang Rizky, Kadisbudpar Aceh Reza Pahlevi, menteri asal Banyuwangi itu juga mengunjungi kampus Politeknik Aceh yang akan membuka program studi pariwisata.
Di bawah Kemenpar itu ada 4 kampus pariwisata yang sudah lama beroperasi. Yakni STP NHI Bandung, STP Nusa Dua Bali, Poltekpar Medan dan Poltekpar Makassar.
Sedangkan dua lagi sedang dalam proses pembanbunan. Yakni Poltekpar Palembang dan Poltekpar Lombok.
"Sekarang ini 100 persen lulusannya sudah diserap industri pariwisata, 30 persen bekerja di luar negeri. STP Bandung malah 40 persen diserap pasar asing," kata Arief.
Sedangkan Politeknik Aceh sudah lama berdiri. Hanya saja belum ada program studi pariwisata. "Kali ini di Aceh, kami bekerja sama dengan Poltek, yang sudah punya kampus dan mahasiswa lumayan. Tinggal membuka program studi baru saja, jurusan pariwisata," tambah Ahman Sya, Deputi Kelembagaan dan SDM Kemenpar.
Sementara Reza Pahlevi mengaku mulai menggandeng para pegiat media sosial untuk mempromosikan Aceh dengan tanda pagar (tagar) atau hashtag #TheLightOfAceh. Ketika Menpar Arief Yahya hadir di rakor, pembawa acara sempat memberi informasi bahwa tagar #TheLightOfAceh menjadi trending topic nasional di Twitter pada 19 September. Hastag itu mengalahkan #SidangJessica yang sedang on dan live di TV.
Surprise Reza Pahlevi itu disambut tepuk tangan riuh di ruangan itu. Antara statemen Gubernur Aceh Zaini Abdullah dengan apa yang dikerjakan Kadisbudparnya betul-betul nyambung. Salam Pesona "Cahaya Aceh!" (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Yang Ngebet Daftar CPNS Siap-siap Kecewa Yes
Redaktur : Tim Redaksi