BACA JUGA: Jika Rambutnya Dipotong, Dia Kesurupan
Sebagian menyandang gelar guru besar.NUNGKI KARTIKASARI, Jakarta
SUARA polos Ratu Leliana mengalun indah di ruang Magnolia, Hotel Grand Mahakam, tadi malam
BACA JUGA: Purwo Ardoko, Alumnus ITS, Arsitek Penjara Modern di Indonesia
Di belakangnya, belasan guru besar berbalut kostum hitam mengiringi penampilan putri guru besar Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia (UI), Nugroho BMereka adalah para profesor yang tergabung dalam The Professor Band (TPB) yang mengisi acara Malam Keakraban Guru Besar UI
BACA JUGA: Pengakuan Para Pemeran Gigolo di Film Cowboys in Paradise
Selama dua jam, band pimpinan Prof Dr Sarlito Wirawan Sarwono itu menyuguhkan sepuluh laguPada akhir acara, TPB mengajak para guru besar berdansaI Saw Her Standing There mengalun, mengiringi goyang para guru besar tersebut.Sesuai namanya, TPB diperkuat para profesorMemang, di antara 21 personel TPB, tidak semua bergelar profesorAda juga yang masih berstatus mahasiswa dan dosenPara profesor yang tergabung dalam band beraliran jazz itu, antara lain, Sarlito WirawanGuru besar fakultas psikologi tersebut memainkan saksofon
Rektor UI Prof Dr Gumilar Soemantri memainkan caracas dan Prof Dr Ronny Nitibaskara memetik mandolinSedangkan, guru besar fakultas kedokteran Prof Dr Usman Chatib Warsa dan Ichramsyah ARahman menjadi vokalisDua vokalis lainnya adalah Prof Dr Safri Nugraha dan Prof Dr Nugroho BSukamdani
Gitar dipegang Prof Dr Agus Sarjono dan Prof Dr Triyatno Yudo Haryoko, sementara Prof Dr Benny Hoed "ayah musikus Anto Hoed" kebagian meniup harmonikaProf Dr Paulus Wirutomo menggebuk drum, sedangkan istrinya, Catharina Paulus Wirotomo, memainkan saksofon sekaligus merangkap manajer.
"Jenis musik TPB lebih mengarah pada live jazz," kata dosen FISIP UI itu"Ada lagu yang menjadi favorit seluruh personel TPB, yaitu Hallo Dally milik Louis Amstrong dan lagunya Frank Sinatra, Fly to The Moon," lanjut Yayi, sapaan akrab CatharinaBand itu pernah mencetak rekor Muri sebagai kelompok musik dengan personel guru besar terbanyak di dunia.
Anggota lain TPB adalah doktor musik Bambang Kusnendar (bas), Ronald S.T., Astrid Novianti, Ratu Leliana, Nenden Gumilar "istri Rektor Gumilar Soemantri?, dan Dra Iriani Sophian, adik kandung almarhum Sophan Sophian
Awalnya, band yang dibentuk lima tahun lalu itu hanya manggung saat wisuda mahasiswaTernyata, undangan manggung makin derasMulai acara seminar, talk show, sampai launching buku"Undangan itu membuat kami lebih sering latihan," papar Yayi.
Latihan tersebut akhirnya menjadi "pekerjaan" sampingan merekaKarena personelnya sudah mahir memainkan alat musik, mereka tak memulai dari nol"Kami tinggal mengasah, basic-nya kan sudah ada," kata YayiHanya, sangat sulit mengumpulkan seluruh personel untuk latihan bersama"Pasti ada saja yang absen," katanya"Kalau tidak alasan mengajar, ya operasi," lanjutnya.
Karena itu, Yayi lantas menetapkan jadwal latihan tiap Minggu malam"Meski begitu, masih banyak saja yang terlambat atau buru-buru pamit karena kepentingan profesi," katanya"Yang paling sering terburu-buru vokalis kami," tambahnya
Dia menyebut Ichramsyah paling sering memburu waktu untuk operasiKarena jadwal latihan sering bersamaan dengan jadwal operasi, dokter spesialis kandungan itu mengambil kebijakan nyanyi sebentar, kemudian buru-buru berangkat ke ruang operasi"Jadi, dia dapat dua-duanya," papar Yayi, lalu tersenyum
Melalui Yayi, Ichramsyah mengatakan bisa-bisa tidak fokus melakukan operasi karena kepikiran meninggalkan latihan"Maka, dia memilih nyanyi dulu, baru kembali ke ruang bedah," katanya.
Kegiatan bermusik para profesor tersebut tak sekadar sebagai selingan, tapi lebih seriusBuktinya, belakangan mereka mendatangkan instruktur musik Harry Wisnu sebagai pelatih.
Meski cenderung jazz, tak jarang TPB memainkan lagu-lagu pop, bahkan dangdut"Untuk sementara, kami masih menyadur lagu-lagu milik penyanyi asing dan lokalKami belum membuat album sesungguhnya, kecuali album indie," ungkap Yayi
TPB meluncurkan album indie pada 2008Album tersebut tidak dijual, hanya dibagikan kepada penggemar dan kerabat"Rencananya, kami meluncurkan album kedua tahun ini," papar Yayi yang merangkap jadi juru bicara
Band itu memang belum punya target membuat album resmiHanya, mereka ingin lebih serius untuk maju ke jenjang tersebut"Mesti ada lagu yang mengandung makna saat disajikan," paparnyaTPB, lanjut dia, berencana membuat lirik seputar masalah lingkungan, lagu daerah, atau lagu perjuangan
Saat manggung, mereka berusaha menyesuaikan jenis musik dengan acara yang digelarBegitu juga imbalan yang mereka terima"Enggak setiap manggung kami dibayar," ucap Yayi
Memang, untuk acara-acara tertentu atau undangan khusus dari pejabat, mereka tak segan memasang tarif"Kalau yang ngundang saudara atau mahasiswa, kami gratiskanAnggap saja amal," ujar Yayi, lantas terkekeh
TPB pernah menerima honor mulai Rp 1 juta sampai Rp 25 jutaUang tersebut diputar kembali untuk menyewa studio, membeli perlengkapan band, serta biaya latihan
Sekali latihan, TPB bisa mengeluarkan biaya Rp 1 juta lebih untuk sewa tempat dan konsumsiSetiap kali latihan memakan waktu sekitar tiga jamSebab, usia personel tak memungkinkan menambah jadwal latihan"Kami main dua jam saja sudah ngos-ngosan," kata perempuan berambut sebahu itu.
Bahkan, kata Yayi, dirinya sering demam panggung sebelum main"Meski sudah hafal lagunya dan siap secara mental, tetap saja gemetaran," ujar dia
Perasaan seperti itu, kata Yayi, tidak hanya menghinggapi dirinyaTapi, juga personel lain"Kalau sudah main satu dua lagu, baru menguasai panggung," kata ibu satu anak tersebut.
Band tersebut lebih sering manggung dengan personel yang tidak lengkap"Kalau sedang menguji mahasiswa atau tugas ke luar negeri, saya terpaksa izin saat latihan atau manggung," kata Prof Nugroho(*/c6/cfu)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kami Bukan Ayam, Kami Hanya Anak Pantai
Redaktur : Tim Redaksi