jpnn.com, MALANG - Setelah dua desa sebelumnya, Bangelan dan Sitiarjo, Tim Jelajah Pesantren Kampung Minoritas Radar Malang berpindah ke Desa Peniwen, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Sedikitnya, ada 3.600 jiwa yang mendiami Desa Peniwen. Ada 99 persen warganya memeluk agama Nasrani.
BACA JUGA: Pesantren Kampung Minoritas: Siswa Keluarga Mualaf Gratis
Panti Asuhan (PA)/Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Ar-Rahman menjadi satu-satunya simbol Islam yang ada di desa tersebut.
===============================
Indra Mufarendra - Radar Malang
===============================
BACA JUGA: Nonmuslim Sekolah di Lembaga Pendidikan Islam
Lantunan azan berkumandang dengan merdunya lewat pengeras suara dari Masjid Al Mujahiddin di dalam kompleks PA/LKSA begitu masuk waktu Duhur kemarin siang (22/5).
Seketika, anak-anak panti yang sebelumnya berada di kamarnya masing-masing, langsung bergegas mengambil wudu.
Tak kurang dari 30 anak mengikuti salat Duhur berjamaah di masjid yang bercat warna hijau lemon itu. Setelah salat, mereka tak langsung kembali ke kamarnya masing-masing. Sebab, siang itu ada agenda penting yang harus mereka lakukan.
Dari masjid, mereka beralih ke aula. Di sana, anak-anak panti itu memindahkan paket-paket beras ukuran lima kilogram ke dalam minibus. Total, ada sekitar 100 paket beras yang harus mereka pindahkan hari itu.
Paket-paket beras itu lantas mereka bagi-bagikan ke warga Desa Peniwen. Terutama mereka yang tinggal di sekitar PA/LKSA Ar-Rahman. Tentu saja, mayoritas warga itu beragama Nasrani.
Ada sekitar 15 anak yang ikut membagi-bagikan paket beras siang itu. Usai menyerahkan beras, salah seorang anak panti berinisiatif mendokumentasikan kegiatan itu dengan kamera ponselnya. ”Untuk dokumentasi,” katanya.
Ucapan terima kasih, pujian mengalir dari warga terhadap anak-anak PA/LKSA Ar-Rahman. ”Saya amat berterima kasih atas bantuan yang sudah diberikan. Apalagi, suami saya sakit stroke. Untuk hidup, saya bergantung pada anak. Itu pun anak saya hanya bekerja sebagai buruh,” kata Sih Atim.
Sudah hampir setahun ini, Sih Atim dan sejumlah warga Desa Peniwen menerima bantuan beras dari PA/LKSA Ar-Rahman. Tepatnya setelah Hari Raya Idul Adha, 1 September lalu.
M. Kholiq, salah seorang pendiri sekaligus pengasuh PA/LKSA Ar-Rahman, menyatakan, pada mulanya dia menggelar bakti sosial di halaman panti.
”Ada pembagian sembako, ada pengobatan gratis. Waktu itu, kami mengundang 100 kepala keluarga (KK). Alhamdulillah, datang semua,” ujar dia.
Dari situ, program berlanjut. PA/LKSA Ar-Rahman istikamah bersedekah. Tiap bulan, biasanya di atas tanggal 20, mereka membagi-bagikan beras kepada 100 KK. Lantas, dari mana PA/LKSA Ar-Rahman punya sumber daya sebegitu besar untuk ”menghidupi” warga sekitar itu?
Kholiq menyatakan, ada seorang dermawan yang selama ini berkontribusi besar terhadap PA/LKSA Ar-Rahman. Termasuk untuk program bagi-bagi beras tiap bulan.
”Terus terang, hingga saat ini kami tidak pernah bertemu dengan beliau. Kami bahkan tidak tahu namanya. Sebab, donasinya selalu diberikan lewat perantara,” ujar pria berusia 54 tahun ini.
Sebenarnya, sedekah yang dilakukan PA/LKSA Ar-Rahman tidak sebatas bagi-bagi beras tiap bulan.
”Selama Ramadan, kami sering kali mendapatkan bantuan makanan berbuka dari para donatur. Biasanya jumlahnya berlebih. Nah, kelebihan itu yang kami bagikan untuk warga sekitar,” kata ustad asal Bojonegoro yang kini menetap di Kecamatan Kalipare itu.
Kholiq mengungkapkan, tidak ada kriteria khusus terkait warga seperti apa yang berhak mendapatkan bantuan dari PA/LKSA Ar-Rahman.
”Baik itu warga yang miskin maupun yang hidupnya terbilang cukup, tetap kami beri. Niat kami hanya mempererat hubungan dengan warga,” pungkasnya.
Redaktur : Tim Redaksi