jpnn.com - JAKARTA - Banyaknya dokter yang enggan ditempatkan di daerah terpencil harus menjadi perhatian pemerintah pusat maupun daerah.
Pasalnya, di wilayah terpencil, terluar, terisolir sangat membutuhkan tenaga dokter. Masih beruntung mereka dilayani bidan desa PTT meski dengan fasilitas terbatas.
BACA JUGA: KPK Cari Niat Jahat Kasus RS Sumber Waras, Caranya Bagaimana?
"Dulu zaman saya, dokter wajib mengabdi di daerah terpencil. Ini diperkuat dengan Inpres, di mana lulusan dokter harus mengabdi minimal tiga tahun di luar Pulau Jawa dan lima tahun di sekitaran Jawa. Dengan pergantian, program ini berubah menjadi PTT, hanya saja kewajiban mengabdi di daerah sulit tidak ada lagi," ungkap Sumarjati Arjoso, mantan anggota Komisi IX DPR RI yang kini jadi pengamat kesehatan.
Meski pemerintah memberikan program untuk penempatan wilayah terluar, tertinggal, dan terpencil, namun tidaklah mudah meminta para dokter mengabdi di daerah tersebut. Alasannya untuk menjadi dokter mereka sudah mengeluarkan biaya besar.
BACA JUGA: Ini Harapan Keluarga Kapten Kapal yang Disandera Abu Sayyaf
"Memang terlihat perbedaan mencolok antara bidan desa PTT dengan dokter. Di desa-desa terpencil, kita masih bisa temui bidan. Namun dokter sangat jarang. Ini menjadi pekerjaan rumah pemerintah, bagaimana agar para dokter ini mau memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat," bebernya.
Dia menambahkan, saat ini ada 42 ribu bidan desa PTT yang tersebar di wilayah Indonesia. Hanya saja jumlah tersebut masih kurang dan harus ditopang oleh tenaga dokter maupun perawat. (esy/jpnn)
BACA JUGA: MPR Hasil Pemilu 2019 Bakal Jadi Lembaga Tertinggi Negara
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapten Kapal Sempat Kirim Kabar ke Keluarga, Begini Pesannya...
Redaktur : Tim Redaksi