Tidak Menyesal Dukung Jokowi-JK

Rabu, 17 September 2014 – 17:46 WIB
Wanda Hamidah. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - FENOMENA beda sikap kader dengan partainya saat pilpres 2014, kembali memakan "korban".

Setelah ramai di Partai Golkar, kini virus aksi pemecatan merembet ke tubuh Partai Amanat Nasional (PAN).

BACA JUGA: Tak Mungkin Ramping

Partai yang lahir dari rahim Gerakan Reformasi 1988 itu memecat kadernya, Wanda Hamidah.

Artis ayu itu dipecat gara-gara sikap politiknya yang terang-terangan mendukung pasangan Jokowi-JK. Padahal, partai yang pendiriannya digagas Amien Rais itu pengusung Prabowo-Hatta.  Dengan getir, Wanda menerima surat pemecatan tertanggal 30 Agustus 2014.

BACA JUGA: Bupati/Wali Kota Dipilih DPRD, Gubernur Tetap Langsung

Lalu bagaimana Wanda menyikapi pemecatan itu? Apa yang akan ia lakukan setelah tidak lagi menjadi kader PAN? Berikut petikan wawancara wartawan JPNN.com, Yessy Artada dengan Wanda di sela-sela jumpa pers terkait reaksi terhadap pemecatannya di Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Selasa (16/9).

Bagaimana reaksi Anda saat menerima surat pemecatan dari DPP PAN?

BACA JUGA: Mereka Ingin ke Jokowi

Tentu saya kaget, karena sebelumnya saya sama sekali belum pernah dipanggil mengenai keputusan saya mengapa memilih pasangan lain, Jokowi-JK.

Kalau seandainya Anda dipanggil lebih dulu oleh PAN, lalu keputusannya Anda tetap dipecat?

Seharusnya saya dipanggil untuk didengarkan pandangan-pandangan saya, kenapa dukung Jokowi-JK bukan Prabowo-Hatta, idealnya seperti itu. Itu akan lebih adil. Mestinya didengar dulu, tapi mungkin mereka sudah mendengar dari media massa.

Anda menyesali keputusan telah memberikan dukungan pada Jokowi-JK, yang berbuntut pada pemecatan?

Saya sudah 16 tahun di PAN, sejak PAN berdiri. Saya tidak kecewa atas pemberhentian ini, saya tidak ada penyesalan apapun. Sebaliknya kekecewaan terbesar saya terhadap apa yang mengancam kita, yaitu kekuasaan elit politik yang hendak memasung suara saya dan suara rakyat.

Alasan lebih memilih pasangan Jokowi-JK?

Saya pilih Jokowi-JK karena saya setia pada amanat nasional dan cita-cita reformasi, yaitu memilih pasangan yang lebih bersih dari dugaan pelanggaran hak azasi manusia, dan lebih dengar suara rakyat daripada suara elit politik.

Apa itu berarti pasangan Prabowo-Hatta tidak bersih?

Jokowi sosok reformis, tentu saya dukung tokoh itu yang bersih dan bebas dari sisa-sisa pelanggaran HAM korupsi nepotisme dan sebagainya, dan tidak dukung tokoh otoriter. Tapi ketika itu tidak diperjuangkan oleh partai saya, saya lebih baik tidak ikut mendukung.

Anda pernah menyuarakan pendapat Anda ini di internal PAN?

Perlawanan di dalam dan di luar parpol sudah dan terus saya lakukan. Perjuangan reformasi dan demokrasi selalu saya lakukan baik di dalam dan di luar. Tapi hasilnya kan bisa kalian lihat sendiri.

Sebelumnya apakah pernah terbayang bakal terkena sanksi pemecatan gara-gara beda sikap dengan partai Anda?

Alasan pemecatan adalah karena pada pemilihan presiden kemarin saya dukung Jokowi-JK. Dan sehubungan dengan hal itu tentu secara konsekuensi sebagai politisi, saya terima pemecatan ini. Saya tahu ini konsekuensi yang terburuk yang akan saya terima.

Setelah ini apa yang akan Anda lakukan?

Setelah ini, saya ingin fokus membela suara rakyat.

Ada rencana bergabung dengan partai lain?

Saya tidak fokus ke parpol, saya tidak fokus bergabung ke parpol yang sudah ada, tapi saya fokus dengan Alumni Mahasiswa Indonesia. Di luar itu di Komnas PA, Rumah Baca Indonesia. Aktif di Alumni Ikatan Notaris Indonesia, serta membela suara rakyat, yang ditindas oligarki parpol.

Anda mendapat banyak dukungan di twitter, tanggapan Anda?

Ya Alhamdulillah, mereka memberikan dukungan dan semangat. Artinya masyarakat tidak mudah dibohongi. Mereka sudah tahu dan bisa melihat apa keputusan yang telah saya ambil. ***

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dipilih DPRD, PKS Rugi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler