Tidak Percaya Pemerintah, Warga Permukiman Kumuh Brasil Berjuang Sendiri Melawan Virus Corona

Jumat, 03 April 2020 – 14:59 WIB
Warga Paraisopolis, permukiman kumuh terbesar di Sao Paulo, Brasil, terpaksa bergerak sendiri melawan virus corona. Foto: Reuters

jpnn.com, SAO PAULO - Ketidakpercayaan terhadap pemerintah membuat warga sebuah permukiman kumuh di Brasil memutuskan berjuang sendiri melawan virus corona. Mereka menyewa dokter dan tenaga medis untuk melakukan penanganan wabah di kawasan tersebut.

Emerson Barata menggambar peta favela terbesar di Sao Paulo, Paraisopolis, dan mulai menandai kasus virus corona yang terkonfirmasi dengan tinta biru. Di tengah kawasan berpenduduk sekitar 120.000 orang tersebut, dia menggambar empat titik.

BACA JUGA: Virus Corona Menggila, 4 Juta Karyawan di Prancis Mendadak Jadi Pengangguran Parsial

"Ini akan menjadi jauh lebih buruk," kata pria berusia 34 tahun itu kepada tim medis yang berkumpul. Ia menambahkan dua titik lagi ke distrik luar favela. "Lonjakannya belum muncul."

Barata memimpin tim respons corona di labirin rumah-rumah blok batu merah itu, di mana telah ditemukan enam kasus terkonfirmasi. Timnya mencurigai masih ada 60 kasus lain.

BACA JUGA: Situasi Berbalik, Kini Giliran Tiongkok Jemput Warganya di Negara Terdampak Virus Corona

Dia dan tim medis di sekitarnya tidak memiliki hubungan dengan pemerintah Negara Bagian Sao Paulo. Mantan pemain pro liga kecil ini adalah bagian dari asosiasi penduduk Paraisopolis yang sangat tidak percaya pada pemerintah dan memutuskan bertindak.

Asosiasi penghuni telah menyewa layanan medis swasta 24 jam termasuk tiga ambulans, dua dokter, dan dua perawat, serta pengemudi dan staf pendukung.

BACA JUGA: Aa Gym Prihatin Mendengar Penolakan Pemakaman Jenazah Corona, Betapa Pedihnya Keluarga

Sementara Presiden Jair Bolsonaro menganggap virus itu sebagai flu ringan dan mengatakan kepada warga Brasil untuk kembali bekerja, Barata kurang tidur karena berusaha menyiapkan favela-nya untuk apa yang ia sebut sebagai perang.

Barata menolak untuk mengatakan berapa biayanya atau berapa banyak sumbangan yang ia peroleh. Ia hanya mengatakan sejumlah biaya ditanggung oleh donor.

Banyak yang masih diperlukan, katanya. Tim medis ini dikontrak 30 hari, kemungkinan akan diperpanjang.

"Favela akan menjadi wilayah yang paling terdampak," katanya, berdiri di tempat parkir di luar bengkel mekanik yang berfungsi sebagai pangkalan untuk tim medis. "Tempat-tempat yang sudah diabaikan oleh negara akan semakin diabaikan."

Para ahli kesehatan masyarakat setuju dengan pendapatnya. Tempat tinggal yang penuh sesak, sanitasi yang buruk, kurangnya perawatan kesehatan, dan pelanggaran terhadap imbauan karantina membuat daerah kumuh Brasil, "rumah bagi sekitar 11 juta orang atau 6% dari populasi” rentan terhadap virus.

Paraisopolis kemungkinan berada di garis depan. Banyak penghuninya bekerja di lingkungan kaya dekat Morumbi, yang merupakan titik nol untuk penyebaran di Brasil. Di seluruh Amerika Latin, banyak dari kasus pertama didiagnosis pada mereka yang cukup kaya untuk bepergian ke luar negeri, tetapi virus ini diperkirakan akan berdampak paling parah pada warga miskin.

Brasil adalah negara yang paling parah terkena dampak virus corona di Amerika Latin sejauh ini, dengan hampir 8.000 kasus yang dikonfirmasi dan 299 kematian.

Penduduk Paraisopolis yang telah dites positif termasuk dua yang bekerja di Rumah Sakit Albert Einstein di dekatnya, sebuah fasilitas medis swasta yang mendiagnosis kasus pertama di Amerika Latin. Lainnya adalah pengasuh yang tinggal di rumah.

Celia Parnes, Menteri Pembangunan Sosial untuk negara bagian Sao Paulo, mengatakan pemerintah prihatin dengan "kecepatan penularan di favela" dan sedang bekerja untuk membantu lingkungan miskin seperti Paraisopolis dengan makanan bersubsidi dan keringanan utang.

Dia mengatakan layanan kesehatan umum di Paraisopolis tidak berbeda dengan bagian kota lainnya, mengatakan ambulans mencapai favela dan berbicara tentang tidak adanya negara "adalah hal yang dibesar-besarkan."

Tetapi dia memuji upaya asosiasi warga. "Saya mengetahuinya dan menghargai itu," katanya.

Balai Kota, dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui surel, mengatakan bahwa mereka membagikan makanan gratis dan barang-barang penting bagi penduduk Paraisopolis, serta mengendarai mobil dengan pengeras suara yang menyatakan pentingnya mencuci tangan dan tinggal di dalam ruangan.

Perusahaan air dan sanitasi Sao Paulo mengatakan pihaknya mendistribusikan 2.400 tangki air ke lingkungan miskin itu untuk membantu mereka selama krisis kesehatan. Dikatakannya bahwa Paraisopolis telah menerima lebih dari 900 tank. Negara juga membebaskan keluarga miskin dari tarif air dan gas selama tiga bulan. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler