Tidak Tahan Lagi, Negara-Negara Amerika Latin Nekat Buka Ekonomi di Tengah Pandemi

Kamis, 14 Mei 2020 – 19:53 WIB
Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Foto: Reuters

jpnn.com, BRASILIA - Beberapa negara Amerika Latin pada Rabu (13/5) berencana membuka kembali perekonomian mereka meski tingkat penyebaran virus corona di kawasan tersebut masih terbilang tinggi.

Brasil melaporkan total 13.149 kematian akibat COVID-19 dan 188.974 kasus terkonfirmasi, setelah terjadi 749 kematian baru dan 11.385 kasus infeksi baru dalam 24 jam terakhir.

BACA JUGA: Jangan Konsumsi Jenis Makanan Ini Selama Pandemi COVID-19

Jumlah tersebut menempatkan tingkat kematian akibat virus corona di Brasil ke angka 7 persen.

Presiden Brasil Jair Bolsonaro membela dukungan pemerintahannya untuk strategi isolasi vertikal, yang berarti hanya kelompok-kelompok rentan, seperti warga lanjut usia dan warga yang fisiknya lemah, yang wajib mematuhi aturan jaga jarak sosial.

BACA JUGA: Asam Folat Baik untuk Imunitas di Masa Pandemi

Kepada wartawan Bolsonaro mengungkapkan kecenderungannya untuk memulai kembali aktivitas perekonomian, sambil tetap melindungi kelompok rentan tersebut.

Pada hari yang sama, Ekuador melaporkan total 2.334 kematian dan 30.486 kasus infeksi virus corona.

BACA JUGA: Pandemi dan Ramadan Tidak Halangi Bea Cukai Berantas Rokok Ilegal

Sebagai salah satu negara yang paling terdampak di Amerika Latin, Ekuador mengumumkan status darurat pada 17 Maret lalu yang masih akan efektif hingga pertengahan Juni nanti.

Guna mempersiapkan pembukaan kembali aktivitas perekonomian, pemerintah Ekuador bahkan telah meluncurkan sistem pemantauan dengan kode warna sejak 4 Mei lalu yang berfungsi sebagai semacam lampu lalu lintas bagi daerah-daerah untuk menilai kapan dan seberapa cepat pencabutan pembatasan COVID-19 dapat dilakukan.

Seluruh daerah di negara itu memulainya dengan kode warna merah, yang berarti karantina wilayah atau lockdown yang telah diberlakukan sejak 57 hari lalu masih harus dilanjutkan.

Di Peru, Presiden Martin Vizcarra mengungkapkan bahwa negaranya telah "mencapai fase puncak" wabah, setelah melaporkan 4.247 kasus infeksi baru, rekor penambahan kasus tertinggi yang dilaporkan dalam kurun waktu 24 jam, yang menambah total kasus positif di Peru menjadi 76.306.

"Peru telah mencapai puncak (infeksi) dan akan mulai melihat tren penurunan perlahan, yang kita semua harapkan," kata Vizcarra dalam sebuah konferensi pers yang diadakan di kantor pusat kepresidenan di Lima.

Sementara itu, Chile mengonfirmasi 34.381 orang telah dinyatakan positif mengidap virus corona dan 346 orang meninggal dunia akibat penyakit ini. Sebelumnya, negara itu melaporkan kenaikan harian sebanyak 2.660 kasus dan 11 kematian baru.

Chile juga memperkirakan bahwa puncak wabah akan terjadi pada bulan Mei, mendorong para pejabat negara itu untuk menetapkan lockdown selama tujuh hari di 32 distrik, terutama wilayah ibu kota Santiago, dan wilayah metropolitan, mulai Jumat (15/5).

Sebelumnya, Chile telah memberlakukan jam malam nasional dan mengambil langkah-langkah antisipasi guna menekan penyebaran wabah, seperti menutup sementara perbatasan, kegiatan belajar di sekolah, dan bisnis nonesensial. (xinhua/ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler