jpnn.com - Orang-orang yang telah didiagnosis dengan apnea tidur atau sulit tidur sangat mungkin menghadapi risiko lebih mengembangkan demensia.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal American Academy of Neurology menemukan bahwa orang-orang yang megalami sleep apnea mengalami kekurangan oksigen dalam darah mereka dan kondisi lain seperti emphysema, sebuah kelainan pada otak karena kerusakan jaringan otak dan kelainan yang disebut micro-infracts. Kelainan ini berhubungan berhubungan dengan demensia.
BACA JUGA: Smartphone Bisa Mengubah Bentuk Otak Anda
"Stroke yang sangat kecil telah berkorelasi dengan kehilangan memori dan masalah penuaan," kata Dr. James Leverenz, seperti dilansir laman Fox News, Minggu (28/12).
Studi ini mengkaji 167 pria Jepang-Amerika dengan usia rata-rata 84 tahun hingga kematian mereka sekitar enam tahun kemudian. Autopsi dilakukan pada otak mereka untuk mencari tanda-tanda yang berhubungan dengan demensia dan penyakit Alzheimer, seperti hilangnya sel-sel otak, infark mikro dan plak.
BACA JUGA: Abon Cakalang Jadi Primadona Berkat Resep Bunda
Para pria dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan persentase waktu yang dihabiskan dengan kadar oksigen dalam darah lebih rendah dari normal selama tidur, dengan pengeluaran oksigen tertinggi pada kelompok 72 hingga 99 persen dan kelompok terendah hanya menghabiskan 13 persen dari waktu mereka dengan kadar oksigen yang rendah. Para peneliti menemukan orang-orang dalam kelompok tertinggi hampir empat kali lebih mungkin untuk memiliki kerusakan otak dibandingkan kelompok terendah.
Para peneliti juga menyimpulkan bahwa orang yang menghabiskan tidur lebih sedikit lebih cenderung mengalami hilangnya sel-sel otak dibandingkan dengan orang-orang yang menghabiskan lebih banyak waktu tidur nyenyak.
BACA JUGA: Rujak Cireng Ala Saung Galing, Bikin Ngiler
"Temuan ini menunjukkan bahwa kadar oksigen darah yang rendah dan kurang tidur dapat berkontribusi pada proses yang menyebabkan penurunan kognitif dan demensia," kata penulis studi Dr. Rebecca Gelber.
"Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan bagaimana gelombang tidur lambat mungkin memainkan peran restoratif dalam fungsi otak dan mencegah apakah kadar oksigen darah yang rendah dapat mengurangi risiko demensia," pungkas Gelber. (fny/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tips Sehat Selama Liburan
Redaktur : Tim Redaksi