Tiga Bulan 1.736 Kasus, DBD Telan 20 Nyawa

Rabu, 02 September 2009 – 10:20 WIB
PONTIANAK - Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali membuat sesak ruangan yang ada di Rumah Sakit Umum Santo Antonius, Pontianak, Kalimantan Barat.  Tiga bulan terakhir telah tercatat 1.736 kasus dengan kematian mencapai 20 orang

Sri Margaretha Dayang, bagian Rekam Medik RSU Santo Antonius mengatakan, selama Agustus ini pasien yang meninggal sebanyak enam orang dari 808 kasus

BACA JUGA: Sepasang PNS Konawe Berbugil Ria

Jumlah ini meningkat dari dua bulan sebelumnya
“Dalam bulan Juni sebanyak 349 kasus dan korban meninggal enam orang

BACA JUGA: 8.400 Ton Batubara Terbakar

Kemudian dalam bulan Juli tahun yang sama, penderita sebanyak 579 dengan korban meninggal delapan orang,” kata Sri Margaretha Dayang kepada JPNN.

Pasien yang ada, lanjutnya, memang memenuhi seluruh ruangan yang ada di rumah sakit tersebut
Kemudian akan menunggu pasien yang ada keluar, baru akan mendapatkan ruangan

BACA JUGA: Bupati Tapsel Dituding Abaikan UU Pemekaran

Kejadian itu juga terjadi sejak akhir Juni tahun ini.

“Biasanya yang terjadi pasien kalau memang parah masih menunggu, sedangkan untuk pasien yang tidak mengkhawatirkan biasanya akan minta untuk dipulangkan,” ungkapnya.

Menurut Antonius, dokter kepala di IGD RSU St Antonius, sejak dua bulan ini memang pasien demam berdarah membeludakKebanyakan pasien adalah anak-anakHal ini dikarenakan adanya hujan yang terjadi hanya satu atau dua hari.

“Sehingga kejadian ini membuat air yang tertampung di tempat-tempat yang ada, kemudian terkena sinar matahari, hal itu membuat telur dari nyamuk itu, cepat berkembang biak,” tambahnya, saat ditemui disela-sela kesibukannya merawat pasien yang terus berdatangan.

Pasien yang datang, lanjutnya, kebanyakan tanda-tanda yang diceritakan orangtuanya adalah panas tinggiBaru dibawa ke RS setelah tiga sampai empat hariKemudian kejadian ini juga diakibatkan karena masih kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan.

“Pemberian abate yang dilakukan pada tempat penampungan air adalah salahSeharusnya setelah diberi obat air itu dibiarkan minimal dua jamKebanyakan masyarakat belum memahami akan hal itu, mereka masih langsung menggunakan air yang baru saja diberi bubuk abate,” paparnya.
Seperti yang dikatakan Kristianto, anaknya yang bernama Izra (12), sekarang sedang dirawat pada salah satu ruang tunggu yang ada di RS tersebutSeperti yang diperkirakan penyakit yang diderita anaknya kemungkinan adalah demam berdarah.

“Sekarang ini masih menunggu hasil dari dokter, karena sedang dilakukan observasi, namun kalau dilihat sepertiya juga adalah demam berdarah, karena tanda-tandanya persis DBD, sekarang ini masih menunggu untuk mendapatkan ruangan karena penuh,” tambah warga Sungai Raya Dalam tersebut.

Mulyati, ibu dari Pandu (11), yang sekarang dirawat di RS tersebut, karena DBDSejak pukul sebelas siang inihingga sekitar pukul 12.00 masih menunggu untuk mendapatkan ruangan.

“Sekarang ini kedua anak saya dirawat di rumah sakit ini, yang kakaknya menderita tipes, kemudian si Pandu, yang sekarang dirawat karena DBD, karena trombositnya menurun, sehingga diperlukan perawatan,” pungkasnya.

Dari Kubu Raya disebutkan, jumlah penderita demam berdarah menurun“Kira-kira 20 kasus dari 300 kasus sebelumnya,” ungkap Nursyam Ibrahim, kepala Dinas Kesehatan Kubu Raya, kepada JPNN.

Menurut dia, terjadinya perubahan pola kasus kemungkinan karena perubahan kondisi cuacaSeperti diketahui, musim panas sebelumnya rumah sakit dipenuhi penderita DBD dari masyarakat Kubu RayaKarena kondisi alam tidak bersahabat, virus demam berdarah banyak menyerang warga(fah/den)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ditunggu, Revisi Anggaran Dinas PU Sulut


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler