Tiga Prajurit Tewas di Papua, Pangi: Panglima TNI Harus Bertanggung Jawab

Minggu, 10 Maret 2019 – 17:25 WIB
Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago. Foto: Dokpri for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menyoroti tewasnya tiga prajurit TNI yang diserang oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua.

Tiga prajurit TNI itu diserang oleh KKB saat melaksanakan pengamanan dalam rangka proses pergeseran pasukan untuk pengamanan dan pembangunan infrastruktur Trans Papua Wamena-Mumugu, pada Kamis (7/3/2019). 

BACA JUGA: Harapan Dirut PT KAI kepada Panglima TNI

BACA JUGA: Evaluasi Perkembangan KKB, Moeldoko: Kalau Saya Tegas Saja

Pangi menegaskan, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto harus bertanggung jawab terhadap tewasnya tiga prajurit itu. Dirinya pun meminta Presiden Joko Widodo alias Jokowi untuk mengganti mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) tersebut. 

BACA JUGA: Ingin Jumpa Jokowi, Honorer K2 Urunan Rp 300 Ribu?

“Kalau Pak Hadi enggak sanggup, ya, harus diganti. Jangan sampai lebih banyak makan korban. Ya memang Jokowi harus evaluasi," katanya kepada wartawan, Minggu (10/3/2019).

Terlebih, sangat menyedihkan seorang Panglima TNI dengan teganya mengeluarkan statement bahwa menangani Separatis Bersenjata tak harus bertempur.

BACA JUGA: Jokowi Berbagi Tips Aman Berkendaraan kepada Kaum Milenial Palembang

Pernyataan ini, kata Pangi, pasti sangat menyakitkan seluruh rakyat Indonesia, termasuk keluarga 31 orang korban tewas pembantaian di Papua berikut keluarga korban prajurit TNI. Juga, bertolak belakang dengan statement Panglima Hadi yang meminta Prajurit TNI menyiapkan Perang Kota terhadap ancaman Teroris.

BACA JUGA: TNI Diserang dengan Kekuatan Tidak Berimbang di Nduga, Papua

Menurutnya, sangat terlihat Panglima Hadi gamang dalam bertindak. Kegamangan seorang pemimpin inilah yang mengakibatkan prajurit menjadi korban.  

Pangi menilai pengalaman militer yang minim itu terlihat kala Panglima Hadi beberapa kali tidak mampu mengonsolidasikan TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, maupun Angkatan Udara sendiri.

Munculnya wacana penempatan perwira TNI aktif di jabatan sipil juga karena Hadi tak mampu mengonsolidasikan internalnya di Mabes TNI, dengan mengutamakan promosi jabatan untuk angkatannya (86) semata-mata. 

"Loyalitas itu kan tergantung dari kepemimpinan. Kalau Jenderal Jusuf, Try Sutrisno, Endriartono Sutarto, Gatot, Moeldoko misalnya, kan mereka bisa memimpin bawahan semuanya. Kalau sekarang ini kan terkesan TNI enggak ada Pemimpin,” tutur Pangi.

Karena itu, menurut Pangi, saat ini TNI Angkatan Darat dinilai lebih mampu menyelesaikan permasalahan separatis ketimbang dari matra lainnya. Kalau dipaksakan dari Angkatan Udara perlu dicari yang mempunyai pengalaman penugasan operasi, paling tidak menjadi Komandan Skadron Tempur, atau pernah menjadi Panglima Koops, sehingga lebih memahami tugas pokoknya, lebih memiliki naluri tempur, lebih punya empati kepada prajurit di bawah.

"Panglima TNI memang tidak ada yang lebih baik dari Angkatan Darat (dalam menangani separatisme). Dia lebih menguasai lapangan, mapping zona pertempuran lebih paham. Paham timing kapan harus berdamai dan lainnya. Nanti kalau sudah stabil, baru kembali bergiliran secara periodik," tandasnya.

Dalam hal ini, DPR dapat menggunakan kewenangannya meminta pertanggungan jawab Pemerintah dan Panglima TNI, bahkan DPR mempunyai kewenangan mengusulkan penggantian Panglima.

"Jangan karena mendekati Pemilu, Presiden tidak berani mengganti Panglima, apakah harus menunggu korban jiwa bertambah. Kalau Panglima Hadi masih dipertahankan, justru bukan tidak mungkin popularitas Presiden yang sudah baik ini akan menurun drastis menjelang Pemilu," tutup Pangi.(fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Di Hadapan Petani, Jokowi Jelaskan Upaya Pemerintah Dongkrak Harga Karet


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler