jpnn.com, JAKARTA - TigerGraph yang merupakan penyedia platform graph analisis, meluncurkan Graph for All Million Dollar Challenge.
Ini merupakan kompetisi global untuk mencari cara inovatif dalam memanfaatkan teknologi graph dan machine learning dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan nyata.
BACA JUGA: TigerGraph Gaet PT SMI Jadi Mitra Distribusi Pertama di Indonesia
“Setiap hari lebih dari 2,5 kuintiliun data dihasilkan,” ucap Founder and CEO TigerGraph Dr. Yu Xu dalam keterangannya, Kamis (17/2).
Di dalam data-data itu, lanjut dia, terdapat jawaban dari pertanyaan terkait kesehatan, iklim, bisnis, dan teknologi graph mengidentifikasi pola-pola tersebut di seluruh dan di dalam data untuk menemukan jawabannya.
BACA JUGA: Pandemi Covid-19 Tak Menggoyang Sektor Ini, Justru Menanjak, Cakep
"Kami memberikan satu juta dolar kepada para inovator yang dapat memanfaatkan teknologi graph dan AI untuk mengungkap cara-cara transformasional baru dalam memecahkan masalah-masalah di kehidupan nyata," imbuhnya.
Kompetisi ini sudah secara resmi dimulai dan diharapkan ada ribuan pendaftar, ratusan proposal yang menakjubkan, dan ide serta konsep baru.
BACA JUGA: Ada SE Terbaru Lagi dari MenPAN-RB, PNS & PPPK Harus Tahu
Saat ini graph dianggap sebagai teknologi yang harus dimiliki oleh perusahaan modern. Graph membawa perbedaan bagi perusahaan yang terdampak pandemi Covid-19.
Selama 18 bulan terakhir, teknologi TigerGraph telah membantu penyedia layanan medis untuk membuat rekomendasi secara real time kepada jutaan pasien, membantu pelacakan Covid-19 yang tidak terhitung jumlahnya, dan membantu bisnis menghemat jutaan dolar dengan meningkatkan pengambilan keputusan dalam rantai pasokan.
"Kompetisi TigerGraph disusun untuk memperluas imajinasi para penggiat graph dan menguji sejauh mana mereka mampu memecahkan masalah," terang Usha Rengaraju, Juri Graph for All Million Dollar Challenge.
Pengusaha, akademisi, insinyur, dan ilmuwan memiliki kebebasan untuk membuat dan menggunakan pernyataan masalah mereka sendiri yang berfokus pada topik yang mereka dedikasikan atau sukai.
Selain itu, para pakar dari seluruh dunia telah menyumbangkan pernyataan masalah yang dapat dipilih oleh kontestan. Misalnya, mengidentifikasi konsep granular yang menghubungkan beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Panitia penjurian yang terlibat merupakan ilmuan data, profesor, doktor, dan insinyur terkemuka dunia, serta pendiri perusahaan global yang berfokus pada kecerdasan buatan (AI), analitik, wawasan graph, dan pakar industri lainnya yang memiliki pengetahuan mengenai teknologi graph.
Kompetisi virtual global ini terbuka untuk para profesional teknologi, ilmuwan data, insinyur, mahasiswa, dan peneliti yang tertarik untuk menemukan apa yang mungkin dilakukan dengan graph dan AI.
Mitra terkemuka yang berpartisipasi dalam kompetisi ini termasuk Amazon Web Services (AWS), Google Cloud, Google Dev Library, data.world, GitHub, Kubrick Group, Microsoft Azure, Plotly, dan Women Who Code.
Pemenang di empat kategori utama akan diumumkan pada Mei 2022 pada Graph + AI Summit 2022, acara industri terbuka terbesar untuk teknologi graph dan AI yang diselenggarakan TigerGraph. (esy/jpnn)
Redaktur : Soetomo
Reporter : Mesya Mohamad