JAKARTA - Tak ada kalungan bunga buat tim Piala Thomas-Uber Indonesia setibanya di tanah air. Kemarin (27/5) di Bandara Soekarno-Hatta, para pemain dan ofisial Piala Thomas-Uber Merah Putih sudah kembali dari New Delhi India.
Dipimpin oleh Sekretaris Jendral PP PBSI Anton Subowo, Hendra Setiawan dkk dan Adrianti Firdasari dkk mendapat pelukan penghiburan dari para pengurus. Kesedihan memang tak terhindarkan menyusul kekalahan tim Piala Thomas dari Malaysia di babak semifinal serta tim Piala Uber yang dibekuk India di babak delapan besar.
Anton menyebutkan akan ada evaluasi menyeluruh atas hasil tim kemarin. Tim Thomas yang digadang-gadang juara serta tim Uber diharapkan masuk semifinal nyatanya malah flop. Meski dari persiapan tim sudah jauh lebih baik dibandingkan dua tahun silam.
"Kita gak akan berhenti dengan fokus kita tahun ini. Setelah kekalahan di ajang Piala Thomas-Uber, kita masih ada tiga tonggak lagi yang akan dikejar. Yakni kejuaraan dunia Agustus, Asian Games September, dan superseries finals Desember," tutur Anton.
Di tiga kejuaraan tersebuut, tak bisa dipungkiri kalau badminton Indonesia masih berharap pada ganda putra dan ganda campuran. Menilik tren tahun lalu, kedua sektor tersebut memang yang paling stabil menyumbang prestasi.
Kabid binpres PP PBSI Rexy Mainaky menyatakan kegagalan Indonesia karena pemain secara mental kurang bertipe fighter. Rexy melihat tak lagi kendala fisik yang jadi pekerjaan rumah, tapi lebih kepada psikis yang tak siap ditekan sampai limit maksimal.
"Kalau kita lihat lawan Malaysia, kita tak punya secure point dan rencana cadangan. Kita lihat tunggal pertama Malaysia Lee Chong Wei saat lawan kita mengunci poin pertama. Lalu di ganda yang kita harapkan menang, kalah. Tunggal kedua mereka, Chong Wei Feng menghancurkan Hayom (Dionysius Hayom Rumbaka, red.)," kata Rexy.
Kekalahan Hendra Setiawan/M.Ahsan atas Tan Boon Heong/Hoon Thien How memang membuat mental tim jauh. Kalah rubber game 19-21,21-8,21-23 membuat Indonesia yang tertinggal 0-2 gagal bangkit.
Disinggung mengenai pemilihan Hayom sebagai tunggal kedua yang lantas menjadi kartu mati ketika tampil berhadapan dengan Malaysia, Rexy menyatakan tak bisa menggugat keputusan manajer tim.
Nah, Christian Hadinata sebagai manajer tim Piala Thomas tak sepenuhnya setuju jika Hayom dijadikan kambing hitam. Sebab ketika menang 3-2 atas Korsel di babak perempat final, Hayom tampil "menggila".
"Hayom membalikkan kondisi dengan mengalahkan Lee Dong Keun straight game. Jadi, ketika lawan Malaysia di babak perempat final saya memilih don"t change the winning team. Kekalahan lawan Malaysia saya lihat juga ada faktor unluck," beber Christian.
Sementara itu, legenda bulu tangkis Indoensia Susi Susanti yang juga hadir dalam penjemputan kemarin mengatakan kalau kekurangan Indoensia adalah tak meratanya kekuatan. Di putra dan putri, sama-sama mengandalkan ganda.
Padahal ganda hanya dua "nyawa". Sedang tunggal punya satu nyawa lebih banyak. "Kita yang juga masuk di dalam bidang pembinaan prestasi di bawah Rexy Mainaky sudah mengusulkan, dalam dua tahun ke depan, kekuatan tunggal harus juga digenjot," ucap Susi. (dra)
BACA JUGA: Harus Optimistis dengan Pelapis
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sukses Rebut Maglia Rosa, Quintana: Kemenangan Fantastis!
Redaktur : Tim Redaksi