Timses Masih Malas Sampaikan Visi Misi Capres ke Anak Muda

Jumat, 30 Mei 2014 – 17:13 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Provinsi Jambi, Hasbi Anshori mengatakan pemilih pemula pada pemilu presiden masih sulit dipengaruhi dengan politik uang.

Pertimbangan mereka untuk menentukan pilihan sangat dipengaruhi oleh visi dan misi para calon presiden dan wakilnya.

BACA JUGA: Kejagung Tunggu Saat yang Tepat untuk Tahan Udar

"Kaum muda relatif sulit dipengaruhi dengan uang. Mereka akan menentukan pilihan dalam pilpres berdasarkan visi misi pasangan calon presiden," kata Hasbi Anshori, dalam diskusi "Memilih Pemimpin Idaman (Suara Kaum Muda)", di press room DPD, Senayan Jakarta, Jumat (30/5).

Tidak terlihatnya pengelompokan sikap pemilih pemula menjelang pilpres 9 Juli mendatang, lanjut Hasbi, itu karena visi dan misi para capres-cawapres masih berada di lingkungan elit politik dan membiarkan sosialisasi visi dan misi tersebut menjadi kewenangan Komisi Pemilihan Umum (KPU).

BACA JUGA: JK Pantangkan Dewan Masjid Indonesia Berpolitik

"Tim sukses tidak optimal menyampaikan visi dan misi masing-masing pasangan capresnya kepada kaum muda. Padahal jumlah pemilih muda itu mencapai 30 persen. Tren hari ini kita lihat, melancarkan kampanye hitam dan pengukuhan timses di sejumlah provinsi mereka nilai lebih penting ketimbang menyampaikan pikiran masing-masing jagoannya kepada pemilih muda," kritik Hasbi Anshori.

Selain itu, lanjutnya dari beberapa butir visi dan misi pasangan capres-cawapres, terlihat sekali, rumusan bahasanya kental bahasa politik yang jamak dan tidak pula tegas.

BACA JUGA: Publik Perlu Tahu Penyebab Prabowo Dipecat

Dari sisi keberpihakan terhadap daerah misalnya. Hasbi melihat kedua pasang calon menyatakan akan membangun daerah.

"Ingin daerah diberdayakan, tapi dalam politik anggarannya tidak tegas menyebut angka aliran dana ke daerah. Demikian juga soal slogan mencerdaskan kehidupan bangsa tapi tidak tergambar dalam politik anggarannya di bidang pendidikan dan kesehatan," tegas dia.

Lalu ada lagi program BSM (Bantuan Siswa Miskin), yang dikelola pusat sementara daerah diberi proyek-proyek bangunan pendidikan yang juga dikelola oleh pusat.

"Sementara proyek-proyek pendidikan pusat di daerah itu masuk dalam alokasi 20 persen biaya pendidikan. Tidak satu pun di antara pasangan capres-cawapres yang melihat ini sebagai ketidakadilan pusat terhadap daerah," ujarnya.

Slogan para capres dan pasangannya selalu menyatakan ingin mandiri dan bersih dari intervensi asing. "Sementara daerah yang kawasannya menjadi sumber minyak mentah tidak pernah tahu berapa sesungguhnya minyak mentah yang disedot. Yang ingin saya katakan, bangsa ini tidak lagi punya arah. Daerah dan pusat berjalan sesuai seleranya masing-masing," kata Hasbi Anshori.(fas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... JK Tantang Prabowo dan Jokowi Adu Ngaji


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler