jpnn.com, JAKARTA - Aktivis Perempuan yang juga berprofesi sebagai bidan, Agustina Doren mengatakan Hari Bidan Sedunia (International Day of the Midwife) merupakan hari bersejarah bagi para bidan sedunia. Pasalnya, peringatan tersebut merupakan momentum yang tepat untuk mengampanyekan peran penting bidan dalam menjaga keberlangsungan hidup manusia terutama dalam hubungannya dengan proses persalinan dan alat reproduksi.
Dalam agenda pembahasan berkenaan dengan profesi Kebidanan, menurut Tina sapaan Agustina, dunia merespons baik profesi kebidanan. Hal ini ditandai dengan penetapan tanggal 5 Mei sebagai tonggak penting seorang bidan dalam praktik dan usahanya menyelamatkan ibu dan bayi.
BACA JUGA: Ada Banyak Bercak Darah, Ternyata Pensiunan Bidan Buka Praktik Aborsi
BACA JUGA: Enam Caleg Petahana PDIP Kembali Terpilih
Menurutnya, Hari Bidan Sedunia sebenarnya sudah diagendakan sejak tahun 80-an tetapi baru diresmikan pada tahun 1992.
BACA JUGA: Isu Perempuan dan Anak Harus Ada Dalam Debat Pilpres
“Hari Bidan Internasional dalam agenda Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) meningkatkan kesadaran masyarakat dunia untuk menghormati para bidan sebagai tangan penyelamat bagi calon ibu, ibu dan bayi. Selain itu ditegaskan kembali oleh WHO, bahwa Bidan sangat penting dalam penyediaan kualitas tenaga keperawatan secara global,” kata Tina Doren dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa (7/5).
Menurut WHO, kata Tina, semua perempuan dan bayi baru lahir memiliki hak atas kualitas perawatan yang memungkinkan pengalaman melahirkan secara positif yang mencakup rasa hormat dan bermartabat, pendamping pilihan, komunikasi yang jelas oleh staf bersalin, strategi pereda nyeri, mobilitas dalam persalinan dan posisi kelahiran pilihan.
BACA JUGA: Polisi Kejar Oknum Bidan Penjual Obat Penggugur Kandungan
Selanjutnya, dari gagasan besar WHO terhadap strategi peningkatan kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi termasuk masyarakat dunia dalam upaya menghormati bidan tersebut kemudian dikonkretkan oleh saat Konferensi Bidan Internasional 1987 di Belanda.
“Sejarah panjang berkenaan dengan gagasan besar bidan sebagai penyelamat ibu dan anak, saya kemudian mengajak kita untuk saatnya memberikan apresiasi dari lubuk hati yang dalam kepada para bidan karena upaya positifnya terhadap kesehatan bangsa,” kata Tina yang juga menjabat Wakil Ketua Komunitas Peduli Kesehatan Reproduksi di Jakarta.
Menurut Tina, sejak Hari Bidan Sedunia dirayakan di seluruh negara telah mengalami peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran bidan. Juga ada kesadaran untuk memenuhi peningkatan akan angka kebutuhan bidan di seluruh dunia.
“Upaya peningkatan kesehatan universal tersebut telah mulai mencegah hingga 60 persen angka kematian ibu dan anak,” katanya.
Pada bagian lain, Tina mengungkapkan pada momentum Hari Bidan Sedunia pada tanggal 5 Mei 2019, WHO kembali mengampayenkan peran bidan dengan mengangkat tema “Midwives: Defenders of Woman’s Rights” atau “Bidan: Pembela Hak-hak Perempuan.
Dengan tema tersebut, menurut Tina, WHO mengharapkan kita dapat termotivasi dan juga terinspirasi untuk mendukung strategi global untuk Kesehatan Perempuan, Anak-anak dan Remaja dari profesi kebidanan.(fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PP IBI Siap Cetak Bidan Profesional Berstandar Global
Redaktur & Reporter : Friederich