JPNN.com

Tingkatkan Edukasi Kesuburan, Komunitas Menuju Dua Garis Gelar Fertility Bootcamp

Selasa, 18 Februari 2025 – 11:52 WIB
Tingkatkan Edukasi Kesuburan, Komunitas Menuju Dua Garis Gelar Fertility Bootcamp - JPNN.com
Komunitas Menuju Dua Garis menggelar kegiatan Fertility Bootcamp dengan menggandeng Morula IVF, Minggu (16/2). Foto: Ardini Pramitha/JPNN

jpnn.com - Komunitas Menuju Dua Garis memberikan edukasi kepada pasang suami istri untuk memilih metode yang tepat dalam mendapatkan buah hati melalui Fertility Bootcamp pada Minggu (16/2). Kegiatan ini digelar bersama Morula IVF.

Pendiri Komunitas Menuju Dua Garis Mizz Rosie menjelaskan acara ini untuk memfasilitasi pasangan suami istri mendapatkan informasi soal infertilitas dari dokter yang sudah berpengalaman.

BACA JUGA: 10 Manfaat Pepaya, Bantu Tingkatkan Kesuburan Pria

“Saya sering melihat mereka (pasangan suami istri) lebih memilih pergi ke tradisional, ke pijat urut, akhirnya datang ke dokter dalam keadaan sudah acak kadut, di perutnya sudah gak karuan,” kata Mizz Rosie.

“Saya kepingin pejuang garis itu aware dengan setiap fertilitas yang dialami, dengan mereka aware, mereka bisa lebih tahu kemana bisa mencari bantuan,” tambahnya.

BACA JUGA: Khusus Wanita, 5 Makanan dan Minuman Ini Bisa Menurunkan Tingkat Kesuburan Anda

Sementara itu, Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi (Obgyn) Morula IVF dr Benediktus Arifin MPH SpOG(K) FICS mengatakan, terdapat peningkatan siklus IVF, yakni 20 persen di Surabaya.

Salah satu faktornya adalah komunitas Menuju Dua Garis dapat mengubah pemikiran masyarakat, bahwa bayi tabung tidak sesulit yang dibayangkan.

BACA JUGA: Dokter Ivan Sebut 15 Persen Pasangan Mengalami Gangguan Kesuburan

"Di Surabaya kami ada 1000 siklus tahun lalu (2024). Kalau rata-rata (keberhasilan) dunia 35-40 persen, di tahun 2024 kita (Morula IVF) 62 persen. Mudah-mudahan itu bisa ditingkatkan lagi," kata dr Ben.

Ada beberapa faktor lainnya yang menjadi keberhasilan bayi tabung, seperti teknologi di Indonesia yang tak kalah cnggih dibandigkan dengan luar negeri, akses informasi, obat-obatan, dan lainnya.

Dr Ben menyebut masih ada pasutri yang terlambat datang untuk IVF. Sebab mindset bayi tabung adalah pilihan terakhir.

"Kadang berpikir bayi tabung sebagai pilihan terakhir, padahal sejak awal sebenarnya kalau dia indikasi mutlak untuk bayi tabung harus dipikirkan untuk ke sana, tetapi semakin lama, semakin terbuka, di komunitas ini juga menyampaukan IVF bukan hal yang tabuh, bukan hal yang completed, nggak sesusah itu. Kita cuma butuh 2 bulan untuk bisa dapat embrio," jelasnya.

Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi (Obgyn) Morula IVF Dr dr Jimmy Yanuar Annas SpOG Subsp FER menyebut, banyak pasien datang terlambat ketika IVF. Terlambat ini dalam artian usia.

"Cukup tinggi (pasien datanf terlambat), sementara ini memang masih cukup banyak yang tertunda. Karena apa? Biasanya di Indonesia ini angka penundaan itu sekitar 10 tahunan. Sehingga itu PR kita untuk memperpendek, salah satunya acara ini untuk awareness pasangan-pasangan untuk segera melakukan konsultasi," urai dr Jimmy.

Dr Jimmy menjelaskan usia wanita optimal sebelum umur 30 tahun. Setelah usia 30-35 tahun ke atas sudah mulai menurun. Maka, usia ideal IVF sekitar 35 tahun.

"Memang sudah ada indikasi untuk bayi tabung, ya segera kita melakukan proses bayi tabung. Karena begitu kita menunda, tentu berdampak terhadap biaya, karena dosis yang kita gunakan lebih tinggi, jumlah sel telur lebih sedikit. Kalau jumlah sel telur sedikit, keberhasilannya pun turun, sehingga memang waktu yang tepat itu memang sangat ditekankan," tandas Jimmy. (mcr23/jpnn)


Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Ardini Pramitha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler