Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles, menyerukan kerja sama yang lebih erat dengan Amerika Serikat demi menghindari apa yang dia sebut sebagai "kegagalan pencegahan bencana" di kawasan Indo-Pasifik.
Menhan Marles menyatakan hal itu dalam pidato di Washington DC dan menyebut Tiongkok terlibat dalam pengembangan kekuatan militer terbesar sejak akhir Perang Dunia II.
BACA JUGA: PBB Memprediksi Populasi India Lampaui Tiongkok, Terpadat di Dunia pada 2023
"Sangat besar. Hal itu telah mengubah keadaan strategis Indo-Pasifik dan dunia," katanya saat memaparkan pandangannya dalam forum yang digelar Center for Strategic and International Studies (CSIS), Senin (11/07).
Dia memperingatkan aliansi Australia dan AS tidak akan "tinggal diam" begitu saja, seraya menambahkan bahwa aliansi akan beroperasi di lingkungan strategis yang jauh lebih menantang di tahun-tahun mendatang.
BACA JUGA: PMK Mewabah di Indonesia, Mentan Australia Sampai Turun Tangan
"Aliansi ini perlu berkontribusi untuk menyeimbangkan kekuatan militer yang bertujuan untuk menghindari kegagalan pencegahan bencana," katanya.
"Peristiwa di Eropa memperjelas risiko yang kita hadapi ketika pengembangan militer satu negara bisa meyakinkan pemimpinnya bahwa manfaat konflik sepadan dengan risikonya," tutur Menhan Marles.
BACA JUGA: Juara Bertahan FIBA Asia Cup Mengamuk di Istora Senayan, Ancaman Bagi Indonesia
Dia tidak secara khusus merujuk Taiwan dalam pidatonya tapi mengatakan invasi Rusia ke Ukraina tidak dapat dibiarkan.
"Dengan memastikan taktik [invasi] seperti itu gagal, kita dapat menghalangi upaya mereka di masa depan, baik di Eropa, Indo-Pasifik, atau tempat lainnya," katanya.
Menurut dia, AS memandang Australia sebagai pemimpin di kawasan ini dan Pemerintahan PM Anthony Albanese akan melaksanakan bagiannya, termasuk mengambil lebih banyak tanggung jawab untuk keamanannya sendiri.
"Kami akan melakukan investasi yang diperlukan untuk meningkatkan jangkauan dan kekuatan Angkatan Bersenjata Australia sehingga mampu menahan kekuatan musuh dan infrastruktur yang lebih jauh dari Australia," katanya. Finalisasi kesepakatan AUKUS
Kunjungan Menhan Marles ke Amerika Serikat merupakan yang pertama sebagai Menteri Pertahanan dan Wakil Perdana Menteri.
Dia memulai kunjungan resminya dengan melakukan peletakan karangan bunga di Makam Prajurit tak Dikenal di Pemakaman Nasional Arlington, selanjutnya dijadwalkan bertemu Menhan AS, Lloyd Austin akhir pekan ini.
Menhan Marles juga akan mengadakan pembicaraan dengan anggota Kongres tentang kerja sama AUKUS dengan Inggris dan AS, di mana Australia akan memperoleh kapal selam bertenaga nuklir.
Dia menjelaskan fokus kunjungannya ke Washington adalah menemukan cara untuk mengatasi kesenjangan kemampuan armada kapal selam Australia sebelum kapal selam AUKUS beroperasi.
"Saat kami menjalani proses ini, kami juga ingin mencari tahu apakah ada cara yang dapat dilakukan lebih cepat daripada tahun 2040-an?" ujarnya.
"Sejauh masih adanya kesenjangan kemampuan itu, apa ada cara untuk menutupnya?" tambahnya.
Menhan Australia menyebut saat ini belum ada jawaban yang jelas.
Namun, pemerintah federal berencana untuk mengumumkan jenis armada kapal selam yang akan diakuisisi pada awal tahun depan.
Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengunjuk Rasa Sri Lanka Ingin Bertahan di Istana Kepresidenan Sampai Pemerintahan Rajapaksa Berakhir