Tiongkok Inves Rp 2,4 T untuk Pabrik Alat Berat

Rabu, 22 Januari 2014 – 03:49 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Produsen alat berat asal Tiongkok, Sany Heavy Machinery Ltd (Sany Group), berencana membangun pabrik perakitan di Indonesia tahun depan. Pabrik senilai USD 200 juta atau sekitar Rp 2,4 triliun itu akan menjadi basis produksi alat berat Sany di kawasan Asia Pasifik.

"Pabrik alat berat Sany dibangun pada 2015 di Karawang, Jawa Barat, dengan investasi tahap awal USD 200 juta. Indonesia dipilih karena pembangunan infrastruktur cukup kencang, potensi ke depan juga sangat besar," ujar Benny Kurniajaya, presiden direktur Jimac Group (distributor Sany Indonesia), Selasa (21/1).

BACA JUGA: Sodorkan Skenario Pailit Agar Merpati Bangkit

Investasi dilakukan seiring tumbuhnya ekonomi nasional di tengah pemulihan global. Apalagi, saat ini sedang berjalan proyek MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) yang membutuhkan jutaan alat berat. "Permintaan alat-alat berat pasti meningkat sejalan dengan gencarnya pembangunan infrastruktur dan properti," ucapnya.

Dia lantas mengutip pernyataan Presiden SBY yang mengatakan realisasi program MP3EI sudah mencapai Rp 800 triliun. Hingga 2025, Indonesia masih banyak membuat proyek infrastruktur memerlukan anggaran hingga Rp 4.600 triliun. "Dari total anggaran yang dibutuhkan, 70 persen akan digarap swasta," tambahnya.

BACA JUGA: Wika Beton Bangun Pabrik di Lampung dan Cilegon

Sebagai distributor alat-alat berat di Indonesia, pihaknya sangat berharap terlaksananya pengerjaan proyek-proyek infrastruktur itu. Dengan begitu, penjualan alat berat Sany di Indonesia bakal meningkat. "Sejak dikenalkan pada 2011 hingga saat ini, realisasi penjualan berbagai alat berat milik kami mencapai USD 200 juta," ungkapnya.

Deputy General Manager Sany Heavy Machinery Ltd Dawson Zhu mengatakan, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah menyetujui penanaman modal Sany di Indonesia. Karena itu, pihaknya yakin tidak akan ada hambatan dalam membangun pabrik perakitan alat berat itu. "Mudah-mudahan bisa segera terealisasi," tuturnya.

BACA JUGA: Mei, Terminal Teluk Lamong Tinggalkan Solar

Pabrik tersebut menjadi pusat produksi Sany di kawasan Asia Pasifik menggunakan lahan seluas 10 hektare. Di Indonesia, pihaknya agresif menggarap pasar sektor infrastruktur, konstruksi, perkebunan, dan pertambangan yang terus berkembang. "Sebagian besar produksi diekspor ke berbagai negara," jelasnya. (wir/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gangguan Cuaca Kerek Harga Sembako


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler