jpnn.com, JAKARTA - PT Wahana Pronatural Tbk tetap mengandalkan penjualan produk rumput laut kering atau dry seaweed, khususnya untuk memenuhi permintaan ekspor.
Direktur PT Wahana Pronatural Indra Widyadharma mengatakan, permintaan tertinggi datang dari Tiongkok.
BACA JUGA: Ketahui Manfaat Rumput Laut untuk Penderita Hipertensi
Pasalnya, di Tiongkok banyak pabrik besar yang mengolah bahan baku rumput laut. Selain produsen, konsumsi terbesar juga di Tiongkok.
”Bahkan, saking besarnya kebutuhan di sana, mereka siap menyerap berapa pun yang dikirim,” ujar Indra, Kamis (28/6).
BACA JUGA: Selain Beras, Data Rumput Laut Juga Bermasalah
Pada 2017 perseroan mencatat penjualan bersih Rp 231,8 miliar.
Kontribusi terbesar dari rumput laut kering sebesar Rp 156 miliar atau 67 persen.
BACA JUGA: Rumput Laut Makin Menjanjikan, Sekali Panen 3,5 Ton
Disusul produk candy Rp 69,7 miliar atau 30 persen dan sisanya penjualan dari produk gula konsumsi sebesar Rp 6 miliar atau 2,6 persen.
Khusus rumput laut, ada kenaikan 137 persen atau Rp 90 miliar jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Tingginya permintaan di pasar internasional mengerek kinerja penjualan perusahaan.
Harga rumput laut di pasar internasional cenderung fluktuatif antara Rp 12.000–Rp 20.000 per kg.
”Selain Tiongkok, diekspor ke Chile, Filipina, dan negara-negara Asia lainnya,” tambah Indra.
Direktur Utama PT Wahana Pronatural Samin menambahkan, belum ada rencana investasi pengolahan rumput laut.
Sekarang proses yang dilakukan sebatas penyortiran, pengeringan, dan penyimpanan.
”Kalau untuk membangun pabrik, masih belum. Karena tidak bisa mendirikan pabrik pengolahan hanya di satu wilayah,” tutur Samin.
Sentra produksi rumput laut tersebar di beberapa wilayah. Kemudian, di tiap wilayah, volume dan kualitas rumput lautnya berbeda-beda.
”Kualitasnya dipengaruhi cahaya matahari, ketersediaan air, dan kondisi musim,” kata Samin. (res/c7/fal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Alhamdulillah, Omzet Minimal Rp 75 Juta per Bulan
Redaktur & Reporter : Ragil