URUMQI - Ketegangan etnis di Urumqi, ibu kota Provinsi Xinjiang, memaksa pemerintah Tiongkok mengerahkan kembali banyak pasukan keamanan kemarin (8/7)Langkah tersebut dilakukan menyusul kerusuhan etnis Minggu lalu (5/7) yang menewaskan 156 orang dan melukai lebih dari 1.100 warga
BACA JUGA: Pramugari Bugil Demi Perhatian Penumpang
Apalagi, warga etnis Uighur dan Han yang bertikai kembali turun ke jalan Selasa lalu (7/7)
BACA JUGA: Sarah Palin Mundur dari Jabatan Gubernur Alaska
Pemerintah Tiongkok juga menegaskan akan menghukum mati para perusuhSebelumnya, sejumlah helikopter menjatuhkan selebaran dari udara
BACA JUGA: Bakteri di Kemasan Daging Sapi AS
Isinya menyeru 2,3 juta warga Urumqi agar bersikap tenang dan menghindari kerusuhan.Ketua Partai Komunis Xinjiang Li Zhi saat jumpa pers yang disiarkan lewat televisi menegaskan bahwa banyak orang ditangkap terkait kerusuhan ituTermasuk di antaranya sejumlah mahasiswa"Bagi mereka yang terbukti bertindak kriminal dengan cara kejam, kami akan mengeksekusi mereka," tegasnya.Dia menambahkan, pasukan pemerintah juga akan membubarkan segala yang berisiko pada keamananNamun, tidak dirinci apa yang dimaksud.
Sejauh ini pemerintah Tiongkok tidak menyebut jumlah korban tewas maupun luka dari etnis Uighur maupun HanLi mengaku tidak ingin berbicara soal berapa warga Han atau Uighur di antara 156 korban tewasEtnis Han merupakan penduduk mayoritas di TiongkokSedangkan etnis Uighur adalah minoritas muslim, tetapi jumlahnya cukup besar di Xinjiang.
Menurut Li, kedua kelompok etnis itu sama-sama bertanggung jawab dalam kerusuhan yang terjadi"Beberapa kelompok kecil dari perusuh ditangkap polisiSaat ini situasinya telah terkendali," ujarnya.Ribuan polisi dan pasukan keamanan berjaga di sejumlah jalan utama menuju kawasan permukiman etnis UighurTentara juga siaga di lapangan utama di pusat Kota Urumqi, tempat kerusuhan kali pertama meletus Minggu laluPolisi membawa pentungan dan tamengSedangkan pasukan keamanan disenjatai senapan serbu dan bayonet.
Etnis Uighur beralasan bahwa kerusuhan Minggu lalu dipicu kematian dua warganya yang juga pekerja pabrik saat keributan di Shaoguan, selatan Tiongkok, pada 25 Juni laluMedia pemerintah melaporkan, keduanya meninggalTapi, warga Uighur meyakini bahwa mereka tewas dibunuh.
Mereka pun mengecam bahwa pembunuhan itu bukti rendahnya kepedulian pemerintah terhadap etnis UighurSaat melancarkan protes Minggu lalu, warga Uighur mengaku dibubarkan polisi dan tentara pemerintah dengan gas air mata serta tembakan.
Meski pemerintah melaporkan situasi terkendali, kasus kekerasan masih terjadi kemarinTiga warga dari etnis Uighur dikejar massa etnis
Han di salah satu jalanDua di antaranya berhasil lolosTapi, seorang warga Uighur dihajar dan ditendang hingga terkapar di jalanLusinan warga Han lainnya hanya menontonPolisi baru membubarkan aksi pemukulan itu setelah seorang perempuan berusia 30-an tahun ikut menendang pria Uighur tadi.
Di kawasan lain di Urumqi, pada saat yang hampir bersamaan, sekitar 20 pria etnis Han bersenjata kayu dan batu memukuli seorang pria UighurPemukulan berhenti ketika petugas keamanan datang.Etnis Han mencapai 91,5 persen dari sekitar 1,3 miliar warga TiongkokDi Xinjiang, wilayah gurun dan pegunungan yang berbatasan langsung dengan Asia Tengah, etnis Uighur yang berbicara dengan bahasa Turki berjumlah sekitar delapan juta atau hampor separo penduduk Xinjiang.
Karena memburuknya situasi di Xinjiang, Presiden Tiongkok Hu Jintao menunda kunjungan ke PortugalDia juga mempercepat jadwal lawatan di Eropa"Kunjungan (ke Portugal) ditunda atas permintaan pemerintah Tiongkok menyusul situasi di Xinjiang," kata pejabat Portugal dalam pernyataannya kemarin.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengontak Kedubes Portugal di Beijing soal penundaan tersebutSebelumnya, Hu dijadwalkan di Portugal Jumat besok untuk kunjungan dua hariHu juga dijadwalkan terbang ke Roma, Italia, untuk menghadiri KTT G-8Tapi, belum diketahui apakah jadwal itu dibatalkan atau tidak(AFP/AP/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Digugah, Tindakan Nyata UE soal Iklim
Redaktur : Tim Redaksi