Tiongkok Tertarik Investasi Alat Berat

Selasa, 26 April 2011 – 13:16 WIB
JAKARTA - Minat Tiongkok menanamkan investasi di Indonesia masih tinggi, khususnya di sektor alat beratSany Heavy Industry Co Ltd, anak perusahaan Sany Group yang berpusat di Hunan misalnya, berkomitmen membangun pabrik alat berat di Cikarang, Jabar

BACA JUGA: Bank Mandiri Biayai Dua Kapal Rudal

Perusahaan multinasional tersebut akan mulai melakukan ground breaking pada pertengahan tahun 2011 dengan total investasi USD 200 juta.

Dirjen Kerjasama Industri Internasional (KSII) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Agus Tjahajana mengatakan, perlu waktu 1,5 tahun sampai akhirnya mereka resmi memutuskan untuk berinvestasi di Indonesia
Lahan yang disiapkan untuk pembangunan pabrik seluas 10 hektar

BACA JUGA: IHSG Tergantung Gerak Regional

"Bagi Indonesia, ini akan membuat kita memiliki sumber teknologi baru selain Komatsu, Caterpillar dan Hitachi," katanya saat konferensi pers di Kemenperin kemarin (25/4).

Diperkirakan, proses konstruksi akan memakan waktu setahun
Sedangkan realisasi dari komitmen investasi sebesar USD 200 juta berlangsung dalam jangka dua tahun ke depan dengan kapasitas produksi per tahun sebanyak 1.000 unit

BACA JUGA: Indeks Rawan Profit Taking Lagi

Sany Group akan menjadikan pabrik di Indonesia sebagai basis industri alat berat di ASEANDia menambahkan, nantinya pabrik tersebut akan memasok untuk pasar ASEAN.

"Nah, karena akan menggunakan ASEAN sebagai pasar, mereka harus punya local content 40 persen," urainyaDia menguraikan, pasar yang besar membuat Sany Group tertarik melebarkan bisnisnya di ASEAN.

Di Indonesia sendiri, kebutuhan alat berat pun terbilang masih tinggiDisebutkan, pasar alat berat dalam negeri masih besar, dengan kebutuhan per tahun 5.000-6.000 unit di luar konstruksi"Alat berat yang diproduksi seperti excavator, concrete pump dan turbin angin," jelas Agus.

Agus menguraikan, proses meyakinkan mereka agar berinvestasi terbilang panjangSebab mereka juga memiliki beberapa alternatif seperti Thailand dan MalaysiaIndonesia akhirnya menjadi pilihan, karena dari sisi cost dinilai lebih murah dibandingkan negara lain, termasuk Tiongkok sendiri"Terkait energi, kebetulan alat berat tidak perlu banyak energiDan kita juga menjelaskan ada proyek 10 ribu MW sehingga pasokan listrik tidak perlu dikhawatirkan," katanya.

Komitmen Sany Group berinvestasi di Indonesia tersebut, disebut merupakan bagian dari upaya Kemenperin mendorong masuknya investasi asing terutama dari TiongkokMenurut Agus, potensi Tiongkok untuk berinvestasi sangat besar, contohnya dalam pengolahan baja, aluminium dan batu bara"Sampai saat ini kita masih ekspor dalam bentuk mentahKerja BUMN tetap berjalan, tetapi kalau bisa, (kita) bermitra dengan perusahaan asing, tidak hanya Tiongkok," katanya.

Agus melanjutkan, dalam kunjungan Menperin ke Propinsi Zhejiang, Tiongkok, akhir pekan lalu, juga termasuk menyiapkan tiga Memorandum of Understanding (MoU) dan satu pengaturan teknis (rencana investasi tersebut)Rencananya, dokumen tersebut akan ditandatangani di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat kunjungan Perdana Menteri (PM) Wen Jiabao ke Indonesia, akhir AprilIsinya meliputi kerjasama dengan Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi RRT, Sany Heavy Industry Co Ltd, Bank of China Ltd dan Industrial and Commercial Bank of China(res)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lion Air Operasikan 900ER ke-43


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler