Titik Dalam Kurung, Sebuah Buku yang Terinspirasi dari Kisah Jaksa Chuck

Jumat, 17 Januari 2020 – 20:13 WIB
Diskusi buku 'Titik Dalam Kurung' di Gedung REQ Space, Jalan Raya Pos Pengumben, Jakarta Barat, Jumat (17/1). Aristo Setiawan/jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Penerbit REQ Book meluncurkan novel 'Titik Dalam Kurung' karya jurnalis Agus Dwi Prasetyo. Acara peluncuran buku ini mengambil tempat di Gedung REQ Space, Jalan Raya Pos Pengumben, Jakarta Barat, Jumat (17/1).

Titik Dalam Kurung terinspirasi dari kisah nyata terkait potret buram hukum sebuah negara. Novel tersebut menceritakan tentang sebuah perjalanan dan perjuangan aparat penegak hukum yang dikriminalisasi oleh kelompok tertentu ketika memperjuangkan keadilan.

BACA JUGA: Eksaminasi Kasus Chuck, Haris Azhar: Kejagung Harus Belajar Lagi KUHP dan KUHAP

Penulis Titik Dalam Kurung, Agus Dwi Prasetyo menuturkan, buku karyanya secara tidak langsung mirip kasus kriminalisasi yang dialami Chuck Suryosumpeno.

Dwi menjelaskan, Jaksa Chuck menjadi andalan penegak hukum Indonesia dalam hal pemilihan aset hasil tindak pidana. Namun, Jaksa Chuck dikriminalisasi karena keberadaan dan sepak terjangnya dianggap ancaman oleh para pimpinan.

BACA JUGA: Haris Azhar Menyoroti Kasus Chuck, Tragedi Semanggi dan Trisakti

"Kehadiran Jaksa Chuk bagai benalu bagi para penguasa sehingga dengan keji sosok Jaksa Chuck harus disingkirkan dan dimasukkan ke dalam kotak agar perjuangannya menyelamatkan aset negerinya berhenti," tutur Dwi ditemui saat peluncuran buku.

Tidak hanya itu, kata Dwi, novel 'Titik Dalam Kurung' menyiratkan kondisi institusi kejaksaan beberapa tahun terakhir. Menurut dia, kondisi institusi itu dirasakan penuh dengan intimidasi, pelecehan, dan kriminalisasi pihak yang dianggap berseberangan dengan pimpinan.

BACA JUGA: Seolah Ada Pertarungan Antara Kejagung Vs MA dalam Kasus Jaksa Chuck

"Saya dan REQ Book sebagai penerbit berharap, buku ini bisa menjadi bahan pertimbangan penguasa dan pejabat penegak hukum di kejaksaan yang masih memiliki hati nurani. Sebab, perjuangan tidak pernah berakhir," timpal dia.

Dalam peluncuran ini, digelar diskusi mengupas buku 'Titik Dalam Kurung'. Hadir sebagai pembicara dalam diskusi itu Sejarawan JJ Rizal, Pakar Komunikasi Politik Emrus Sihombing, Direktur Lokataru Haris Azhar, dan Pakar Hukum Universitas Al Azhar Suparji Ahmad.

Haris menuturkan, wajar penulis terinspirasi dari kasus Jaksa Chuck untuk membuat sebuah buku. Sebab, persoalan yang menimpa Jaksa Chuck merupakan noda hitam institusi kejaksaan pada era HM Prasetyo.

"Yang membuat jaksa Chuk terkenal itu, soal kriminalisasinya. Terutama soal dia menjadi salah satu biggest story Prasetyo kingdom," ungkap Haris.

Haris menuturkan, Jaksa Chuck menjadi korban balas dendam Prasetyo. Jaksa Chuck yang berani melawan Prasetyo demi memperjuangkan keadilan, akhirnya disingkirkan.

"Salah satu bentuk kemarahan besar Prasetyo di dalam kejaksaan itu ialah Chuck. Jadi banyak orang di lingkaran kejaksaan bilang, mereka tidak mau seperti Chuck. Cuma di sisi lain, mereka juga bilang, hanya Chuck yang berani melawan Prasetyo. Berani menolak," timpal dia.

Di sisi lain, Emrus menilai buku 'Titik Dalam Kurung' menjadi kritik untuk negara. "Ini sebanarnya kritik yang sangat dalam bagi negara ini. Artinya penulis saja menyatakan kalau ada nama yang sama dari kejadian nyata, itu hanya faktor kebetulan," ucap dia dalam diskusi.

Dia menilai, tulisan di dalam buku merupakan kisah nyata. Namun, penulis mengemas tulisan dengan cara berbeda. Penulis, kata Ermus, sampai memakai nama lain untuk mengaburkan kisah sesungguhnya.

"Itu menunjukkan negara tidak memberi kebebasan. Sampai penulis buku mengemas sedemikian rupa agar tidak muncul persoalan, padahal ini fakta," pungkas dia. (mg10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler