jpnn.com - JAKARTA - Calon presiden (capres) dari PDI Perjuangan, Joko Widodo mulai aktif bersafari. Dalam sehari kemarin (20/3), pria yang dikenal dengan sapaan Jokowi itu menemui dua tokoh dari dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, yakni NU dan Muhammadiyah.
Siang kemarin, Jokowi menyambangi Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddih. Di kantor organisasi keagamaan yang didirikan Kh Ahmad Dahlan itu Jokowi bahkan sempat menjadi imam salat zuhur.
BACA JUGA: Pimpinan MPR Kritik Putusan MK
Malam harinya, Jokowi menemui KH Mustofa Bisri, ulama kharismatis, pengasuh Pondok Pesantren Raudhlatul Thalibin, Rembang, Jawa Tengah. Kiai yang dikenal dengan panggilan Gus Mus itu kini merupakan Rais Am Syuriah PBNU.
Kabar pun berhembus bahwa langkah Jokowi itu demi memuluskannya ke kursi RI 1. Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo bahkan tak menepis anggapan itu.
BACA JUGA: Hakim MK Lengkap, Siap Tangani Sengketa Pemilu
Namun, Tjahjo juga berdalih bahwa wajar saja kader PDIP memiliki kesadaran politik untuk menemui unsur-unsur perekat bangsa. “PDI Perjuangan dan pak Jokowi melihat bahwa NU dan Muhammadiyah adalah dua organisasi utama umat Islam yang telah memberikan kontribusi besar bagi tegaknya Republik Indonesia dan menjadi pilar pemersatu bangsa,” katanya, Jumat (21/3).
Tjahjo menambahkan, dalam kedua pertemuan itu terdapat kegelisahan dan kepedulian yang sama dalam melihat realitas kehidupan bangsa dan negara saat ini. Salah satunya adalah soal serbuan produk impor.
BACA JUGA: Paket Bom yang Ditahan di Surabaya untuk Teror Makassar
“Baik PDIP, Muhammadiyah dan NU berpandangan bahwa pilar ekonomi rakyat yang dulunya digerakkan oleh dua organisasi keagamaan terbesar di Indonesia itu kini telah tergantikan oleh jejaring produk impor,” ucapnya.
Selain itu, kata Tjahjo, pembicaraan antara Jokowi dengan Din maupun Gus Mus juga menyinggung soal krisis keteladanan dan karakter bangsa. Ditegaskannya, krisis muncul sebagai akibat dari upaya sistematis yang tidak melibatkan kedua organisasi umat Islam terbesar di Indonesia tersebut dalam membicarakan persoalan bangsa.
Karenanya PDIP pun telah mengambil sikap pasti terhadap keberadaan NU dan Muhammadiyah. “Menegaskan garis politik Megawati, Ketua Umum PDI Perjuangan agar bangsa ini kembali pada jejak sejarahnya, yang menempatkan NU dan Muhammadiyah menjadi bagian penting dari tiang penyangga Republik,” kata Tjahjo.
Ditambahkannya, jika Jokowi mendapat mandat rakyat menjadi presiden maka NU dan Muhammadiyah serta pilar-pilar agama lainnya di Indonesia harus diajak dalam menuntaskan agenda-agenda kebangsaan. “Termasuk dalam menciptakan lapangan kerja bagi rakyat, mewujudkan kehidupan rakyat yang cukup sandang, pangan dan papan,” tegasnya.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polri Gagalkan Pengiriman Paket Bom Teroris
Redaktur : Tim Redaksi