jpnn.com, JAKARTA - Saat ini Indonesia sedang memasuki musim kampanye Pilkada. Pesta demokrasi ini mempunyai konsekuensi, salah satunya publik terbelah karena aksi dukung mendukung calon yang kontestasi.
Namun, ada hal yang unik terjadi di Desa Sangiang Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, NTB.
BACA JUGA: Letjen TNI Saleh Mustafa Ingin IPL 2024 Punya Badan Khusus Mirip PT LIB
Pada saat publik terbelah karena aksi dukung mendukung, ada kegiatan budaya Kalondo Lopi (penurunan Kapal) yang menyatukan masyarakat.
Korem 162 Wira Bhakti menginisiasi kegiatan ini dengan bekerja sama oleh IKRA (Ikatan Keluarga Wera) Nusantara serta Forum Komunikasi Kasabua Ade (FOKKA Indonesia pada Rabu dan Kamis, 23-24 Oktober 2024.
BACA JUGA: Keluarga Besar Purnawirawan TNI-Polri Jawa Tengah Dukung Ahmad Luthfi
Danrem162/WB Brigjen TNI Agus Bhakti didampingi Dandim 1608/Bima Letkol Inf. Andi Lulianto mengatakan acara ini merupakan wujud konkret masyarakat Wera Bima menjaga persatuan dan kesatuan di tengah tahun politik.
Ketum FOKKA Indonesia Yan kurniawan juga mengatakan acara ini adalah kegiatan budaya yang mengangkat kearifan lokal tentang gotong royong masyarakat Bima yang selama ini jarang diekspos karena kalah dengan isu-isu politik.
BACA JUGA: Irjen Roycke: TNI-Polri Kompak Mengamankan Pilkada Serentak 2024
Selain itu kegiatan ini juga merupakan implementasi kemanunggalan TNI bersama masyarakat.
Kehadiran Danrem 162/WB bersama rombongan disambut oleh Ketum IKRA Nusantara Prof. Dr. E. Muhtar, S.Pd.,M.si.,CFrA beserta ‘Tari Buja Kadanda’.
Tari tersebut menggambarkan dua prajurit yang sedang berperang. Tarian Buja Kadanda ini diciptakan oleh rakyat dalam mempertahankan daerah mereka.
Selain itu juga tarian ini berfungsi untuk memperkenalkan kepada para generasi muda akan kejayaan dan kehebatan dari masyarakat Bima pada jaman dulu.
Prosesi Kalondo Lopi di Desa Sangiang merupakan perayaan sekaligus sebagai hiburan bagi masyarakat Bima yang sangat khas dan mempunyai makna tersendiri.
Kalondo Lopi adalah tradisi yang sudah dilakukan oleh nenek moyang suku Mbojo (Bima) sejak mereka mengenal dunia kelautan.
Tradisi tersebut menunjukkan bukan saja pelestarian warisan budaya di Sangiang, tapi juga sebagai simbol toleransi dan kerukunan antar warga.
Desa Sangiang sendiri memiliki banyak potensi wisata alam, seperti seni budaya, aneka kuliner dan berbagai potensi wisata lainnya.
Salah satu yang menjadi daya tarik Desa Sangiang adalah Gunung Sangiang yang memiliki nilai historis sejak abad 14 Masehi.
Prosesi Kalondo Lopi memiliki arti secara harafiah, yaitu Proses Penurunan Kapal menuju laut. Dalam proses pembuatan Kapal tersebut memakan waktu sekitar 2 sampai 3 tahun oleh warga setempat.
Kalondo Lopi kali ini, adalah Kapal bernama Akbar Wirabhakti milik H. Mujrin asal Dusun Tewo RT. 13 RW. 07 Desa Sangiang Kecamatan Wera Kabupaten Bima.
Kapal Akbar Wirabhakti pembuatannya selama 2 tahun dan menghabiskan biaya berkisar Rp 3 miliar.
Kapal Akbar Wirabhakti memiliki panjang lunas 15 meter, lebar 7,3 meter, tinggi 3,3 meter, tinggi dan panjang atas 32 meter.
Kapal Akbar Wirabhakti merupakan kapal barang dengan route Pulau Jawa, Banjarmasin, Makassar, Flores dan Maluku.
Kunjungan Danrem 162/WB di Desa Sangiang dirangkaikan dengan Bakti Sosial pengobatan gratis dari Tim Medis Rumah Sakit Angkatan Darat (RSAD) Bima.
Kemudian diskusi tentang pemanfaatan media sosial untuk mendapatkan cuan bersama pakar IT Ismail Fahmi Phd, ngerumpi pinggir pantai bahas stunting bersama Dokter Spesialis anak dr Agnes Tri Harjaningrum.
Acara dilanjutkan doa syukuran malam hari, pelepasan kuda untuk diliarkan di pulau Sangiang serta Kalondo Lopi/penurunan Kapal.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari