TNI Sudah Tahu Strategi KKB Setelah Kocar-kacir, Begini

Senin, 20 November 2017 – 08:18 WIB
Kondisi permukiman warga di Desa Kimbeli Distrik Tembagapura, Mimika Papua, yang dekat sungai dan gunung. Foto: DOK/RADAR TIMIKA

jpnn.com, MIMIKA - Kodam XVII/Cendrawasih masih menempatkan pasukan sebanyak dua satuan setingkat kompi (SSK) di Desa Banti maupun Kimbeli, Distrik Tembagapura, Mimika, Papua, yang sebelumnya dikuasai kelompok kriminal bersenjata (KKB).

Selain itu, tidak kurang 300 prajurit TNI diperintahkan menjaga area sesekitar PT Freeport Indonesia. Mereka juga dibantu anggota Polri sebanyak 400 personel.

BACA JUGA: Jenderal Gatot Pastikan Pasukan TNI-Polri Masih Memburu KKB

Itu sengaja dilakukan sebagai langkah antisipasi setelah Satgas Gabungan TNI – Polri memukul mundur KKB.

”Selalu ada kemungkinan itu (serangan balasan),” kata Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Muhammad Aidi ketika dikonfirmasi Jawa Pos kemarin.

BACA JUGA: 5 Perwira TNI Tolak Kenaikan Pangkat, Jenderal Gatot Terharu

Berdasar data dan informasi yang berhasil dikumpulkan, diperkirakan jumlah KKB yang melarikan diri sebanyak 150 orang. Seluruhnya bersenjata. Namun, hanya 43 di antaranya yang berbekal senjata api.

”Sisanya menggunakan senjata tradisional,” ungkap Aidi. Dia memastikan, TNI memburu seluruh KKB tersebut.

BACA JUGA: Detik-detik Menegangkan Pasukan TNI Menyerbu KKB

”Komitmen kami bahwa tidak akan mentolerir tindakan kelompok atau orang yang melakukan perlawanan terhadap kedaulatan NKRI,” kata dia tegas.

Itu sesuai dengan arahan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.

Namun demikian, Aidi tidak merinci bagaimana serta ke mana pengejaran KKB dilakukan. Yang pasti mereka sudah memetakan setiap daerah.

Dia mengakui, anggota KKB yang belum teridentifikasi secara detail cukup menyulitkan. Sebab, hanya data tokoh-tokoh kelompok itu yang sudah mereka kantongi.

”Anak buahnya, pengikutnya yang sedemikian banyak tidak kami identifikasi,” terang dia.

Bukan tidak mungkin mereka sudah berbaur dengan masyarakat. Bahkan, sambung Aidi, bisa saja mereka menyamar menjadi aparat keamanan.

Untuk itu, TNI maupun Polri betul-betul waspada. ”Kami akan mencari mereka ke mana saja,” imbuh Aidi.

Apabila merujuk pola gerilya yang biasa dilakukan KKB, kelompok tersebut biasa berpencar begitu kekuatan menipis. Anggota mereka kembali berbaur dengan masyarakat.

”Mereka tinggalkan senjata, sembunyikan senjata,” imbuhnya. Begitu ada celah mereka kembali beraksi. Tentu saja dengan kekuatan yang mereka kumpulkan.

”Pada saat merasa kuat dia akan melakukan gangguan-gangguan atau perlawanan kepada TNI – Polri,” tambah dia.

Berkaitan dengan kondisi masyarakat yang sudah dievakuasi, Aidi menyampaikan bahwa semuanya sudah berkumpul dengan kerabat masing-masing.

Mereka enggan kembali ke Banti maupun Kimbeli lantaran khawatir diisolasi lagi oleh KKB. ”Sudah trauma. Mereka cari tempat aman,” ucap dia.

Akibatnya, aktivitas masyarakat di Banti dan Kimbeli terganggu. Sebab, tidak ada lagi yang berjualan kebutuhan pokok. ”Masyarakat pendatang hilang. Sekarang perekonomian di sana macet total,” ujarnya.

Informasi terbaru yang diterima Kodam XVII/Cendrawasih sekitar seribu orang masyarakat Banti dan Kimbeli meminta diungsikan.

Mereka khawatir lantaran kebutuhan logistik saat ini hanya mengandalkan bantuan TNI – Polri dan PT Freeport Indonesia.

”Mereka tadi (kemarin) habis dari gererja musyawarah untuk diungsikan ke Timika,” terang Aidi.

Guna memfasilitas permintaan masyarakat, TNI – Polri sudah menyiapkan lokasi pengungsian di Timika. Mereka juga berkoordinasi dengan PT Freeport Indonesia untuk menyiapkan angkutan.

Karena itu, Aidi memastikan bahwa tidak ada masalah soal keinginan masyarakat Banti dan Kimbely mengungsi. Masalahnya, sudah sebulan lebih anak-anak di dua desa tersebut tidak bersekolah.

Nantinya, mereka juga tidak mungkin selamanya tinggal di pengungsian. ”Jadi, itu persoalan sosial yang harus dijawab oleh pemerintah,” ujarnya.

Berapa banyak dan kapan masyarakat akan diungsikan ke Timika? Aparat menyesuaikan keputusan masyarakat. Mereka hanya memfasilitasi dan menjalankan tugas sebagaimana mestinya.

Dukungan untuk korban penyanderaan kelompok bersenjata di Mimika datang dari Kementerian Sosial. Kemensos memberikan layanan dukungan psikososial (LDP) bagi korban penyanderaan.

”Kami sudah mengirimkan tim layanan dukungan psikososial ke Mimika,” kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawangsa.

Khofifah menuturkan jika saat ini tim LDP sedang melakukan koordinasi dengan dinas sosial Mimika dan instansi terkait untuk melakukan asessment kepada korban yang telah berhasil dibebaskan.

Dia menambahkan jika layanan yang diberikan berupa terapi psikososial, pelayanan konseling, dan psikoedukasi kepada korban yang mengalami trauma.

”Pendampingan psikososial tersebut diberikan terutama kepada kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, difabel, dan ibu hamil,” tuturnya.

Masing-masing kelompok rentan tersebut membutuhkan cara penanganan yang berbeda. Bahkan setiap individu akan mendapatkan pelayanan sesuai hasil asessment.

Durasi pendampingan belum ditentukan akan selesai kapan. Yang jelas, menurut Khofifah Kemensos akan terus memonitoring pendampingan tersebut. (idr/lyn/syn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Markas Dirudal 2 Tewas, KKB Ancam Lakukan Serangan Balasan


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler