jpnn.com, MIMIKA - Pasukan TNI mengendap dalam sunyi, menyusup perlahan menelusuri hutan belantara, sebelum akhirnya berhasil membuat kelompok kriminal bersenjata (KKB) kocar-kacir.
Sebanyak 344 warga yang disandera oleh KKB selama hampir sebulan di Kampung Banti, Kimbeli dan Utikini, Distrik Tembagapura, Mimika, Papua, berhasil dievakuasi, Jumat (17/11) lalu.
BACA JUGA: Markas Dirudal 2 Tewas, KKB Ancam Lakukan Serangan Balasan
Dalam aksi pembebasan warga itu, TNI menurunkan 13 personel Komando Pasukan Khusus (Kopassus), 30 personel Pasukan Raider 751 serta gabungan personel Intai Temput (Taipur) Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad), ditambah 20 pasukan Yonif 754/Eme Neme Kangasi.
Kepala Penerangan Daerah Militer (Kapendam) XVII Cenderawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi, dalam keterangannya kepada sejumlah awak media di Rimba Papua Hotel mengungkapkan, bahwa pasukan sudah bergerak selama lima hari sampai akhirnya warga bisa dievakuasi.
BACA JUGA: Sejumlah Fakta Baru Kelakuan KKB, Mengejutkan!
Masing-masng pasukan dibagi untuk menguasai dua kampung. Tiga belas personel Kopassus dan 30 pasukan Raider 751 ditugaskan merebut Kimbeli.
Sementara 20 personel Taipur ditugaskan khusus merebut Kampung Banti.
BACA JUGA: Warga Cerita tentang Kelakuan Kelompok Kriminal Bersenjata
Aidi mengungkapkan, pasukan bergerak senyap dan rahasia. Mereka bergerak pada malam hari dan saat siang, mereka mengendap atau membeku sambil mempelajari situasi sampai ke sasaran. “Jadi pelan-pelan sekali sampai ke sasaran,” katanya.
Sesuai laporan, satu hari sebelum jam ‘J’ yang sudah disepakati, pasukan sudah berada dekat dengan target sasaran yakni KKB.
Diperkirakan sekitar 30 sampai 50 meter, mereka melihat aktifitas KKB yang membawa senjata masih membaur dengan masyarakat.
Saat itu pasukan sudah meminta izin kepada Pangdam XVII/ Cenderawasih untuk mengambil tindakan tapi belum diizinkan.
“Petunjuk Panglima, apabila masih menyatu dengan rakyat jangan melakukan aksi apa-apa, karena kita mengutamakan tindakan kemanusiaan,” ungkap Aidi.
Keesokan harinya, tepatnya Jumat (17/11) menjelang jam ‘J’ yang sudah disepakati, pasukan memantau pergerakan KKB ke pos-pos yang sudah dibuat di daerah ketinggian.
Mengingat jarak sudah sangat dekat dan takut pergerakannya diketahui, Aidi menyebut pasukan tidak makan selama sehari, karena takut jika gerakan mereka diketahui oleh KKB. “Dia benar-benar membeku di situ,” tandas Aidi.
Ketika KKB sudah ke pos –pos yang didirikan sendiri, pasukan TNI menggunakan kesempatan itu untuk melakukan aksi serentak atas komando Pangdam XVII Cenderawasih, Mayjen TNI George Elnadus Supit.
Kabut cukup tebal pagi itu sehingga jarak pandang hanya sekitar 3-5 meter dan tidak mungkin dilakukan pengejaran.
Aidi mengungkapkan kontak senjata terjadi selama sekitar 2 jam, namun KKB mundur dan menjauh dari perkampungan.
Pasukan tidak langsung melakukan pengejaran, karena mengutamakan pengamanan warga yang tersandera.
Ketika warga bisa diinventarisir, tim terpadu TNI dan Polri langsung diminta untuk melakukan evakuasi. Saat evakuasi KKB juga masih melakukan penyerangan.
Warga yang dievakuasi secara spontan mengamankan diri, mencari tempat berlindung sehingga tidak ada korban.
“KKB masih terus menyerang dari ketinggian jarak jauh, bahkan Kapolda dan Pangdam hampir terkena tembakan saat proses evakuasi,” ungkap Aidi.
Aidi menegaskan, bahwa TNI bersama Polri akan terus melakukan pengejaran terhadap KKB, karena sudah banyak sekali kejahatan yang dilakukan mereka. (sun)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kopassus dan Raider Kuasai Kimbeli, Kostrad Duduki Banti
Redaktur & Reporter : Soetomo