jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Research and Analysis (SUDRA) Fadhli Harahab menilai keputusan Seskum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti menolak menjadi wakil menteri di kabinet Indonesia Maju patut diapresiasi.
Kendati demikian, katanya, keputusan Mu'ti itu agaknya juga mengundang tafsir publik.
BACA JUGA: Sekum Muhammadiyah Abdul Muti Menolak jadi Wamen, Simak Nih Alasannya
Menurut Fadhli, karena wamen juga jabatan yang dipilih secara politik, maka masyarakat juga berasumsi lain tentang alasan yang dikemukakan Abdul Mu'ti.
Ia menduga terkait pembagian kekuasaan di dalam reshuffle kabinet Indonesia Maju dirasa masih kurang seimbang.
BACA JUGA: 5 Pasangan Mesum dan Pemandu Karaoke Diamankan, Barang Bukti Bikin Elus Dada
"Bicara integritas, pak Mu'ti sudah tak diragukan lagi lah. Namun boleh jadi porsinya kurang seimbang. Kan bisa-bisa saja orang nyangka itu NU dapat Menag, tapi Muhammadiyah cuma dapat wamen. Ya kira-kira begitu, kalo mau menduga-duga," kata Fadhli, Rabu.
Lebih lanjut ia mengatakan, apalagi sebelumnya banyak informasi yang beredar bahwa Mendikbud Nadiem Makarim bakal diganti tetapi ternyata masih aman.
BACA JUGA: Sekolah Anulir Mengeluarkan 5 Siswi yang Injak Rapor
Dari asumsi awal, kata Fadhli, jika Nadiem diganti maka penggantinya berasal dari kader Muhammadiyah, dan jika Menag diganti maka diberikan kepada kader NU.
"Tetapi ternyata yang lolos sensor kader NU. Gus Yaqut (Yaqut Cholil Qoumas) itu kan NU yang di PKB. Itu (NU) masih ditambah Wakil Menteri Pertanian yang diisi Mas (Harvick) Hasnul Qolbi yang Bendahara PBNU."
"Jadi sekali lagi itu kalo kami mau menduga-duga secara politik," ujar pria yang juga analis politik dari UIN Jakarta itu.
Abdul Mu'ti menolak menjadi wamen dalam reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Jokowi.
Guru besar UIN itu sebelumnya masuk dalam daftar wamen yang bakal dilantik bersamaan dengan enam menteri baru. Ia disebut-sebut akan mengisi posisi Wamendikbud, tetapi namanya mendadak hilang jelang pelantikan.
Abdul Mu'ti menyampaikan alasannya kenapa menolak menjadi Wamendikbud.
Kader Muhammadiyah itu berdalih, tak mampu mengemban amanah yang cukup berat itu, dan dia merasa bukan figur yang tepat mengisi jabatan tersebut. (rdo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha