Tokoh Papua Ingatkan Benny Wenda Jangan Mencari Sensasi

Oleh: Yanto Khomlay Eluay

Sabtu, 05 Desember 2020 – 18:28 WIB
Ketua Presidium Putra-Putra Pejuang Pepera 1969, Yanto Eluay sekaligus Tokoh Adat yang menggantikan Almarhum Theys H Eluay. Foto: Dokpri for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Sejarah kelam masa lalu Papua merupakan suatu proses dalam menuju kehidupan masyarakat Papua yang lebih baik. Masa lalu merupakan suatu pengalaman yang berarti untuk menuju masa depan yang lebih baik.

Pikiran yang sederhana salam solusi penyelesaian permasalahan di Tanah Papua. Yaitu

BACA JUGA: Saran Tokoh Papua Buat Presiden Jokowi Terkait Klaim Benny Wenda

sebagai pemimpin masyarakat hukum adat, kewajiban dan tanggung jawab yang ada dalam jabatan adat, saya wajib menyelamatkan masyarakat adat dari semua aspek.

Termasuk mati dan hidupnya wajib dilindungi, jangan mati kelaparan, mati kekurangan gizi, mati karena kebodohan dan lebih khusus mati karena ideologi yang diyakininya.

BACA JUGA: Pernyataan Tokoh Adat Papua Ini Menohok Benny Wenda

Masyarakat Papua sebagai umat beragama, tanah Papua sebagai “Tanah Injil", saya memakai istilah "revolusi iman" pemberontakan iman mengalahkan semua keinginan daging sebagai manusia biasa, menjadi "Wajah Kristus" dalam perilaku hidup, mendasari hidup dengan "prinsip mengampuni" yang total dalam merefleksikan Hukum Tuhan "Kasihilah Sesamu Manusia".

Ini adalah dua hal subjektivitas yang mendasari saya untuk menyikapi situasi dan kondisi Papua salam pergerakan dan perjuangan saya saat ini.

BACA JUGA: Kapal Perang TNI AL dan Angkatan Laut Filipina Sama-sama Bermanuver di Perbatasan, Ada Apa?

Termasuk dalam menyikapi manuver Saudara Benny Wenda dan Saudara-saudaraku lainnya, baik di atas tanah Papua dan di manapun.

Perbedaan ideologi dipupuk oleh perbedaan ras dan agama dalam konteks kita sebagai WNI.

Ekspektasi ini ibarat benih yang terus ditaburkan, bertumbuh dan berbuah, seakan-akan tujuan kita hidup di dunia hanya untuk memperjuangkan kemerdekaan Papua sebagai bangsa sendiri.

Mati dalam perjuangan diyakini sebagai mati suci, apalagi diimani dengan perjalanan bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir.

Mati dengan saling membenci, dendam, marah dan lain-lain terhadap sesama manusia yang berbeda ras dan agama, semuanya dianggap sebagai kehendak Tuhan untuk mencapai kemerdekaan sebuah bangsa sendiri.

Saya pernah berada dalam masa yang berpikir seperti itu, dalam perenungan hidup dan mencari kebenaran sejarah Papua dan melihat masa lalu yang kelam, timbul suatu keputusan untuk memulai suatu pergerakan untuk mengakhiri semua itu.

Kepada Saudara-saudariku masyarakat Papua yang saya cintai. Marilah kita akhiri semua itu. Sudah cukup kita berjalan dalam lembah kekelaman, penderitaan, tangisan dan air mata biarlah menjadi catatan sang pencipta.

Kita bangkit dari lembah kekelaman berjalan salam Terang Kristus dan membangun masyarakat adat yang bermartabat, mempunyai jati diri, wibawa dan kehormatan di atas tanah Papua dalam bingkai NKRI.

Selamat menyambut kelahiran Sang Raja Damai saudara-saudaraku setanah Papua, Damai sejahtera untk kita semua.***

Penulis adalah Yanto Khomlay Eluay adalah Pemimpin Masyarakat Adat Papua dan Ketua Umum Presidium Putra Putri Pejuang Pepera (P5)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler