jpnn.com - JAKARTA – Tokoh senior Partai Golkar Akbar Tandjung sudah mengingatkan Wakil Ketua Umum Partai Golkar yang juga Ketua DPR RI Ade Komarudin (Akom) untuk tidak maju sebagai Ketua Umum Golkar dalam Munaslub di Bali. Sebab ada kekhawatiran bahwa sulit bagi seseorang melaksanakan dua tugas dengan baik pada saat yang bersamaan sebagai Ketua DPR maupun ketua umum partai.
“Saya sudah tanya ke Ade, apakah dia bisa sukses melaksanakan tugas rangkap di dua jabatan strategis? Publik berharap agar Ade fokus di parlemen karena kemerosotan DPR saat ini. Apakah mungkin bisa berhasil dan sukses? Dia bilang bisa dan akan turun ke daerah pada setiap Sabtu dan Minggu seperti saya dulu,” kata Akbar saat dihubungi, Senin (9/5).
BACA JUGA: Demo HMI di KPK Ricuh, Inilah Kerugian Kubu Polisi
Menurut Akbar, situasi dan kondisi saat ini bebeda dengan dahulu ketika Akbar jadi ketua umum sekaligus ketua DPR.
“Saya jadi ketua umum dulu baru ketua DPR dan dipilih oleh Dewan melalui voting. Saat itu, PDIP mendukung karena kedekatan dan juga melihat pengalaman saya mempertahankan Golkar,” ujar mantan Ketua Umum Golkar itu.
BACA JUGA: TOP! Demi NKRI, Anak Sang Jenderal Ikut Dalam Misi Khusus di Perbatasan RI-PNG
Proses pemilihan pimpinan DPR setelah pemilu lanjutnya pun berbeda dengan saat ini. Semua pimpinan DPR dan MPR dipilih.
“Saat itu mayoritas fraksi maunya aklamasi memilih saya. Tapi saya ingat almarhum Hartono Mardjono dari PBB mengatakan untuk tidak lagi menggunakan cara-cara orde baru dengan pemilihan model aklamasi. Dia bilang bukan tidak suka saya, dia pun akan memilih saya, tapi prosesnya jangan seperti itu. Rapat membahas itu pun berjalan sampai larut malam dan saya akhirnya menerima proses agar dipilih melalui votting. Saya pun menjadi ketua DPR karena mayoritas suara memilih saya," jelasnya.
BACA JUGA: Woow! KPK Bongkar Brankas Bang Uci, eh Ada...
Selain itu, Akbar juga menjelaskan proses yang dia tempuh selaku ketua umum partai amat berat dan situasinya sangat kritis karena menyangkut keberlangsung hidup Golkar.
Saat itu, kenang Akbar, Golkar dihina. Bahkan diminta untuk dibubarkan. Golkar terancam tidak bisa ikut pemilu.
“Kami mampu bertahan dan partai lolos dalam pemilu dan bahkan mendapatkan suara nomor dua terbanyak, PDIP dapat 150 kursi dan Golkar 120. Ini di luar dugaan banyak orang dan bahkan banyak pengamat yang ekstrem. Mereka mengatakan suara Golkar tidak akan mencapai 5 persen dan kami berhasil meraih lebih dari 20 persen. Situasi ini sekarang berbeda," imbuhnya.(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... HMI Diskusi di DPR, HNW: Jangan Bakar Ban Ya di Sini
Redaktur : Tim Redaksi