jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry menyelenggarakan literasi digital sektor pendidikan.
Kegiatan yang dilaksanakan pada 14 Maret itu diikuti lebih dari 650 peserta yang hadir secara langsung.
BACA JUGA: Penguatan Literasi Digital untuk Disabilitas Disuarakan di WSIS Forum 2023
Baik dalam dari beberapa program studi dalam lingkungan UIN Ar-Raniry yang menjalin kerja sama kegiatan literasi digital, serta sejumlah stakeholder.
Wakil Rektor II UIN Ar-Raniry, Prof. Dr. Khairuddin, M.Ag menyampaikan bahwa digitalisasi telah menjadi kebutuhan bagi semua orang. Kalau tidak mengikutinya, maka akan tertinggal.
BACA JUGA: Bidik Siswa SMA & Masyarakat Pedesaan, Jasindo Kembali Menggelar Literasi Keuangan
"Menghadapi tantangan abad modern, setiap orang kini harus membekali dirinya dengan pengetahuan yang memadai, diiringi dengan kecakapan literasi digital serta penguasaan terhadap TIK,” tutur Prof. Khairuddin dalam paparannya dikutip Kamis (23/3).
Khairuddin menegaskan bahwa literasi digital tersebut berkaitan erat dengan dunia pendidikan.
BACA JUGA: Gandeng BEI, KADIN Indonesia Meluncurkan Program Duta Literasi SAHARA
Begitu pentingnya literasi digital dewasa ini, mengharuskan kecakapan literasi digital ditanamkan kepada masyarakat melalui dunia pendidikan, karena generasi muda merupakan pengguna teknologi digital yang sangat aktif.
"Posisi peserta didik sebagai pengguna teknologi pun memerlukan kecakapan atau keterampilan tersendiri yang ditunjang dengan pondasi literasi yang kokoh agar dapat berkembang sesuai dengan tujuan pembelajaran," terangnya.
Ketua Tim Literasi Digital Sektor Pendidikan Bambang Tri Santoso menyampaikan toleransi menjadi hal yang difokuskan Kemenkominfo untuk membentuk ruang digital yang sehat dan ramah.
Selain menyediakan atau membangun infrastruktur internet, Kemenkominfo juga berusaha membangun lingkungan yang ramah agar aktivitas digital berjalan dengan baik.
Oleh karena itu, membangun rasa toleransi merupakan hal yang sangat kami usahakan saat ini melalui literasi digital.
Bambang menekankan bahwa kondisi toleransi yang rendah menyebabkan munculnya penyakit digital seperti hate speech, cyberbullying, dan juga penyebaran hoaks.
“Ingat internet dan sosial media adalah ranah publik yang dapat dilihat oleh semua orang, kebanyakan netizen menganggap dunia siber berbeda dengan dunia nyata. Jadi, tidak perlu etika di sana," tegasnya.
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry Dr. Ir. Dirhamsyah menjelaskan sebagai user (pengguna), literasi digital, Islam harus bisa diwujudkan dalam satu kesatuan yang utuh.
Dia mengatakan memahami dan memaknai 4 pilar literasi digital dapat mengacu pada petunjuk dan pedoman yang bukan sekadar bersumber dari pengetahuan umum semata, tetapi juga merujuk pada pengetahuan Islam.
Sementara itu, Kepala Bidang Layanan E-government Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Aceh Hendri Dermawan mengatakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan internet positif tidak akan mencapai titik maksimal bila tidak adanya andil dari masyarakat.
"Oleh karena itu, tugas kami ke depannya adalah berkolaborasi untuk mengantar masyarakat Aceh masuk ke ruang digital yang baik," pungkas Hendri. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Literasi Pemilu dan Pemilih Muda Sebagai Pemegang Kedaulatan
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Mesyia Muhammad