jpnn.com, SURABAYA - Harga cabai di Surabaya kini meroket. Terakhir, sesuai pantauan di pasar induk Koblen Surabaya, harga cabai sudah mencapai Rp90-100 ribu per kilogram.
Pedagang cabai, M. Harri mengatakan menetapkan harga Rp90 ribu untuk penjualan tersebut hanya berselisih Rp7-10 ribu dari harga yang dia dapat dari tengkulak dan petani atau pengepul.
"Kalau dari petani 80-85 ribu. Jadi mepet sekali," kata Harri.
Harri mengaku tak berani menyetok cabai terlalu banyak. Sebelum ada fenomena ini, biasanya dia meminta pasokan 5-7 kuintal, tetapi kini hanya 2-3 kuintal atau sekitar 200-300 kilogram saja lantaran khawatir tak laku di pasaran.
BACA JUGA: Kementan Prediksi Harga Cabai Kembali Normal pada April 2021Â
Selain itu, Harri terpaksa mengambil pasokan dari Nusa Tenggara Timur, yang harganya lebih murah dari Pulau Jawa.
"Ini cabai saya dari NTT karena murah. Cuma 80-85 ribu per kilo, kalau dari Jawa sendiri bisa tembus 90-100 ribu dari petani. Lalu kami jual berapa?," kata Harri.
BACA JUGA: Harga Cabai Rawit Melonjak, Pemilik Warung Makan Kaget
Ihwal harga cabai yang meroket, Harri mengaku tak terlalu sedih. Menurutnya, naiknya harga cabai sudah sesuai dengan skema alam. Sekarang, saatnya petani yang merasakan keuntungan dalam panen mereka.
Tak seperti pada bulan Mei hingga September 2020, beberapa bulan pascakasus Covid-19 pertama kali datang di Indonesia, harga cabai anjlok.
Harganya sempat menyentuh 3.000 hingga 5.000 rupiah per kilogram. Anjloknya harga cabai membuat petani bahkan membuang hasil panen mereka di jalanan.
"Kalau sekarang itu ya biarkanlah enggak apa-apa, sebulan dua bulan. Biar petani itu senang dapat duit agak banyak," tambahnya.
Meski harga cabai sedang tinggi, Harri sebagai pedagang meminta pemerintah untuk tak mengimpor dari luar negeri. Dia ingin pemerintah pusat maupun daerah bersabar, dan memberi waktu bagi petani agar makmur.
"Ndak usah ada impor. Toh satu bulan lagi juga murah. Karena dari Jawa Tengah dan Madura mulai panen. Insyaallah turun lagi," katanya. (ngopibareng/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia