jpnn.com, BOGOR - Kota Bogor, Jabar mengalami kelangkaan gas oksigen setelah terjadi peningkatan jumlah pasien positif COVID-19 yang membutuhkan alat bantuan pernapasan.
Dari beberapa depot gas oksigen di Kota Bogor, seperti di Jalan Raya Otista, di Jalan Kebon Pedes, Jalan Raya Semplak, dan Jalan Lawanggintung, pasokannya dari agen gas di Jakarta berkurang.
Pemilik sebuah depot gas oksigen di Jalan Lawanggintung, Bogor Selatan, Kota Bogor, Minggu (4/7), Indri, mengatakan kelangkaan gas oksigen di Kota Bogor, terjadi sejak sepekan terakhir.
Indri menuturkan, biasanya di depotnya menjual gas oksigen rata-rata sekitar 180 m3 per hari, yakni 30 tabung besar dengan kapasitas 6 m3 atau dengan tabung berukuran lebih kecil dengan kapasitas 2 m3.
BACA JUGA: Stok Oksigen di Rumah Sakit Ini Kian Menipis
Namun, sejak sepekan terakhir, pasokan gas oksigen dari agennya di Manggarai Jakarta berkurang, sehingga volume penjualanya juga berkurang.
"Biasanya kami dipasok gas oksigen sekitar 25-30 tabung gas besar berukuran 6 m3, tapi sejak sepekan terakhir pasokan berkurang menjadi sekitar 10 tabung gas besar berukuran 6 m3," katanya.
Menurut Indri, pasokan gas yang terbatas itu diutamakan untuk kebutuhan perorangan dan rumah sakit, sedangkan untuk kebutuhan bengkel las dan pekerjaan proyek dihentikan sementara.
"Kebutuhan perorangan biasanya dimanfaatkan untuk membantu pernafasan pasien COVID-19," katanya.
Dia menjelaskan dari sekitar 10 tabung gas besar berukuran 6 m3 atau 60 m3, dibagi-bagi ke tabung berukuran kecil untuk melayani masyarakat yang mengisi uang ulang gas oksigen pada tabung kecil yakni berukuran, 2 m3, 1,5 m3, dan 1 m3, untuk kebutuhan per orangan.
Isi ulang gas oksigen untuk tabung berukuran 2 m3 Rp55.000, tabung 1,5 m3 Rp45.000, dan tabung 1 m3 Rp 35.000.
"Pembelinya ramai sekali tapi karena stoknya terbatas sehingga kami melayani siapa yang duluan membeli. Hanya sebentar saja, penjualannya sudah habis," katanya.
Indri menceritakan, bahkan ada pegawai dari rumah sakit juga mencari gas oksigen ke depotnya, karena kebutuhan di rumah sakit tersebut berkurang. (antara/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Natalia