Ada Akun Tommy Soeharto di Twitter Bikin Twit soal PKI, Baca Deh!

Senin, 24 Agustus 2020 – 10:25 WIB
Aplikasi Instagram dan Twitter di ponsel. Foto/ilustrasi: Ayatollah Antoni/JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Pengacara Hutomo Mandala Putra, Erwin Kallo menegaskan, akun @Tommy_Soeharto bukan akun resmi putra Presiden ke-2 RI Tommy Soeharto.

Menurut Erwin, akun yang belakangan ini aktif 'menyerang' pemerintahan Joko Widodo, merupakan akun palsu.

BACA JUGA: Analisis Prof Salim Said tentang Jokowi Dikaitkan dengan PKI

"Itu akun palsu dan sudah diumumkan hari ini (Senin) di akun resmi beliau, bahwa itu akun palsu," ujar Erwin kepada jpnn.com, Senin (24/8).

Erwin kemudian menegaskan, akun resmi Tommy yang juga menjabat Ketua Umum DPP Partai Berkarya itu adalah @hputrasoeharto.

BACA JUGA: Budi Arie: Mana Ada itu PKI?

"Akun resmi beliau masih yang dulu yaitu @hputrasoeharto silakan di cek. Sebaiknya para pewarta waspada terhadap berita yg mengutip dari akun2 palsu. Terima kasih," kata Erwin.

Sebelumnya, sebuah akun di Twitter mengklaim sebagai Tommy Soeharto membuat twit tentang Partai Komunis Indonesia (PKI).

BACA JUGA: Akun Palsu Tommy: Di Era Pak Harto HTI Tak Dibubarkan

Akun @Tommy_Soeharto itu  menegaskan bahwa PKI tidak pantas ada di Indonesia.

"Jangankan PKI, baunya PKI enggak pantas ada di RI," ujar akun itu dalam twitnya.

Lebih lanjut @Tommy_Soeharto juga membuat twit soal kapitalis dan pertanian, dengan membandingkann era Soeharto dan Joko Widodo (Jokowi).

"Diktator proletariat karena alat-alat produksi dikuasai kapitalis? Ini tidak cocok di RI. Karena RI di era Soeharto, petani makmur. Harga produk pertanian jauh lebih baik di bawah KUD. Jokowi tidak ada prestasi di bidang pertanian. Tidak punya konsep," tulisnya.

Dia lantas mempersilakan warganet mengecek data tentang penyerapan sektor pertanian atas tenaga kerja. Menurutnya, di penyerapan sektor pertanian atas tenaga kerja terus menurun di era Presiden Jokowi.

"Silakan kalian cek data. Penyerapan sektor pertanian atas tenaga kerja terus turun di era Jokowi. Porsinya atas PDB juga turun, mencapai 12,72%. Perbandingn dengan era Pak Harto 1986 (2,44 kali lipat). Nilai tambah tiap pekerja (petani) paling rendah di era Jokowi. Lihat info grafis," paparnya.

Akun tersebut juga juga berkicau soal data World Bank yang menunjukkan ekonomi negara-negara di Asia seperti Thailand, Vietnam, Malaysia dan Philipina lebih baik dari Indonesia.

"Data World Bank terkait Domestic credit to private sector (% of GDP) - RI masih di bawah Thailand, Vietnam, Malaysia dan Philipin. Menggambarkan, ekonomi di negara-negara dimaksud jauh lebih efektif. Rasio kredit terhadap PDB tumbh di atas 100%, ketimbang RI masih di kisaran < 40% terhadap PDB," sebutnya.

Lebih lanjut akun tersebut menegaskan, fakta menunjukkan perekonomian nasional tidak meroket. Sebab, yang meroket justru jumlah utang.

"Bukan ekonomi tumbuh meroket 7% tapi utang yang meroket. Katanya utang produktif? Tapi pertumbuhan ekonomi mangkrak di 5%. Utang produktif? Tapi nyatanya, realisasi belanja modal terhadap PDB tidak meningkat. Kecil ! Pertumbuhan ekonomi ditopang konsumsi rumah tangga sebesar 58 persen dari PDB," twitnya.

"Era Pak Harto, daya ungkit pertumbuhn ekonomi adalah dari sektor tradable (ekspor dan investasi). Kini pertumbuhan ekonomi, ditopang olh konsumsi RT, seiring bonus demografi dan pertumbuhan kelas menengah baru yang konsumtif. Sementara, produksi nasional menurun, akibatnya doyan impor," sambungnya.(gir/jpnn)

Catatan: naskah di berita ini telah pengalami penyuntingan ulang dari yang pertama dipublikasikan.

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler