jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi mengkritisi narasi dari pihak yang menyebut pilpres 2024 satu putaran sebagai agenda nasional.
Dia berkata demikian dalam konferensi pers yang dilaksanakan di Gedung High End, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (17/1).
BACA JUGA: Pengamat Sebut Pilpres Satu Putaran Kian Nyata
"Kalau sudah sampai mengatakan agenda nasional, ini sebenarnya sudah sangat tidak proporsional," kata Zainul Majdi di Gedung High End, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu.
Politikus Perindo itu mengatakan agenda nasional bukan berkaitan pilpres, melainkan kepentingan yang bisa berpengaruh ke rakyat luas.
BACA JUGA: TPN Ganjar-Mahfud Ajak Rakyat Pakai Ponsel Melawan Kecurangan Pilpres 2024
"Jadi, yang disebut agenda nasional itu agenda yang menjadi hajat kita sebagai suatu bangsa secara keseluruhan, nasional interest kita," lanjut Zainul Majdi.
Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) itu mengatakan anggaran untuk pemilu sudah ditetapkan, sehingga tidak relevan berbicara pilpres satu putaran demi menghemat dana negara.
BACA JUGA: Pengamat: Jokowi Akan Alami Guncangan Politik Setelah Pilpres
"Jadi tidak usah membenturkan, ya, dengan istilah kalau satu putaran, kita bisa menghemat sekian belas triliun misalnya," ujar Zainul Majdi.
Dia mengatakan urusan pilpres hanya perlu memastikan kredibilitas kontestasi politik tidak terganggu bukan membahas satu putaran untuk pilpres.
"Jangan sampai mohon maaf niat menghemat sekian rupiah, tetapi hasilnya tidak kredibel, itu akan menjadi beban bangsa lima tahun ke depan. Itu yang harus diperhatikan," ujar Zainul Majdi.
Dia pun mengajak semua elemen bangsa bisa mewujudkan pemilu yang kredibel sehingga pemimpin yang dihasilkan terlegitimasi dengan kuat.
"Yuk, kita bangun pemilihan kredibel. Jangan lagi mencoba untuk menyampaikan narasi-narasi yang justru melampaui batas, tidak proporsional, dan justru bisa-bisa nanti memalukan diri sendiri saja," kata Zainul Majdi. (ast/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Aristo Setiawan