Tradisi Pemakanan Keturunan Raja di TTS

Saling Dorong, Ada yang Bergelantung pada Kayu di Peti Jenazah

Minggu, 20 Desember 2015 – 06:05 WIB
Proses pemakaman mantan Bupati TTS, Willem Nope, yang merupakan keturuan raja. FOTO: Timor Express/JPNN.com

jpnn.com - Ada yang unik pada masyarakat Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), ketika memakamkan seseorang yang meninggal dunia. Ada tradisi yang dilakukan turun-temurun hingga saat ini masih dilestarikan. Jumat (18/12) Kemarin, mantan Bupati TTS, Willem Nope dimakamkan. Seperti apa prosesinya?

Seperti dilaporkan, Yopi Tapenu dari SoE ibukota Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), mengusung jenazah menuju ke liang lahat bukan menggunakan kendaraan, melainkan mengikatkan dua batang kayu pada peti jenazah, kemudian dipikul secara bergantian oleh masyarakat. Uniknya, peti jenazah yang dipikul bukan berjalan secara normal, namun saling adu kekuatan dengan cara saling dorong ke arah depan, belakang, kiri dan kanan oleh masyarakat yang memikul peti berisi jenazah itu.

BACA JUGA: Mengenal Tradisi Unik Pernikahan Masyarakat Halmahera Selatan

Tradisi itulah yang dilakukan ketika memakamkan Willem Nope, yang adalah bupati TTS periode 1998-2003, pada Jumat (18/12). Sebelumnya pemerintah meminta agar jenazah almarhum diantar ke Sonain (pemakaman keluarga Nope) menggunakan mobil ambulance yang telah disiapkan pemerintah TTS. Namun keluarga menolak tawaran pemerintah.

Pasalnya, keturunan Nope yang adalah raja Amanuban secara turun-temurun ketika meninggal dunia harus diarak-arak oleh keluarga dengan cara dipikul menuju tempat peristirahatan terakhir.

BACA JUGA: Istri Sekda Diperiksa, Siap Disambar Petir

Kusa Nope yang didaulat menggantikan almarhum sebagai tetua di Sonaf Noemeto mengatakan, tradisi memikul peti jenazah sambil dorong tidak memiliki makna atau arti khusus. Hanya saja konon diceritakan bahwa masyarakat yang memikul peti jenazah saling dorong, karena sebagian keluarga belum iklas berpisah dengan almarhum untuk selamanya.

Ada juga cerita lain bahwa, saling dorong sambil berteriak merupakan bentuk ekspresi keluarga bersenang-senang yang terakhir bersama almarhum.

BACA JUGA: KBS DIberitakan Jelek Situs Luar, Ternyata Beritanya Ngawur...

“Biasa tradisi seperti ini dilakukan kepada keturunan raja. Sebenarnya tidak ada arti khusus, hanya saja tradisi seperti itu sudah dilakukan secara turun temurun sampai saat ini. Jadi kalau ada keturunan raja yang meninggal, pasti dipikul seperti ini,” jelas Kusa.

Willem Nope meninggal di usianya yang ke-75, akibat penyakit tumor usus yang dideritanya sejak dua tahun terakhir.

Tidak hanya saling dorong, namun sebagian dari mereka yang memikul peti jenazah, justru bergantung pada kayu yang diikatkan pada peti. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar masyarakat yang memikul pada bagian lain merasakan beban berat, sehingga mengulur-ngulur waktu tiba di tempat pemakaman.

Uniknya lagi, ketika masyarakat yang memikul peti jenazah ketika sudah kelihatan lelah, salah seorang dari mereka menyiramkan air ke arah masyarakat yang memikul peti. Tentunya bertujuan untuk menyegarkan mereka yang sedang memikul peti jenazah. Meski saling dorong, namun peti jenazah tidak jatuh walau beberapa kali peti terlihat miring akibat aksi dorong itu.

“Biasanya yang pikul itu hanya keluarga saja, tidak ada orang lain yang diijinkan untuk ikut pikul,” kata Kusa.

Karena proses pemakaman bupati ke-5 TTS itu dilakukan secara tradisi ala masyarakat TTS, sehingga keluarga, pejabat dan handai taulan yang ikut mengantarkan almarhum ke tempat peristirahatan terahir di Kelurahan Niki-Niki, Kecamatan Kie, terpaksa berjalan kaki mengikuti keluarga yang memikul peti jenazah almarhum. Jarak pemakaman keluarga yang dapat ditempuh dalam waktu 5-10 menit dari rumah duka, karena diarak melintas jalan umum sehingga hampir memakan waktu 1 jam untuk mencapai lokasi pemakaman.

Karena tradisi itu unik di mata masyarakat, sehingga masyarakat yang hadir pada saat itu tidak ingin melewatkan momen itu begitu saja. Sebagian besar nampak mengabadikan prosesi itu menggunakan ponsel genggam. Karena diarak melintas jalan raya, sehingga kendaraan yang dihentikan sebentar untuk memberikan jalan bagi para pengantar almarhum, juga nampak mengabadikan prosesi itu menggunakan HP milik mereka.

Wakil Gubernur NTT, Benny Litelnoni yang bertindak sebagai inspektur upacara pemakaman mengatakan sejumlah hal positif yang pernah dilakukan almarhum, agar ditiru oleh generasi muda TTS. Tentunya semuanya demi harapan, agar kedepan dapat menjadi contoh bagi masyarakat di daerah lain.(boy/fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hmmm...Geledah Dua Lapas, Hanya Temukan Korek dan Rokok, Masa Sih?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler