Tradisi Unik Nuzululquran di Boyolali, Ada Angin, Nyaris Mati

Selasa, 04 Mei 2021 – 11:06 WIB
Santri Pondok Pesantren Nurul Hidayah Boyolali memeringati Nuzululquran dengan khataman diterangi lampu sentir, Minggu (2/5) malam. Foto: ARIEF BUDIMAN/RADAR SOLO

jpnn.com, BOYOLALI - Pondok pesantren Nurul Hidayah Al Mubarokah yang berada di Desa Sempu, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah punya tradisi unik dalam memperingati Nuzululquran.

Ponpes tersebut menggelar khataman di lapangan terbuka dengan penerangan sentir (lampu minyak), Minggu (2/5) malam.

BACA JUGA: Menkes BGS Diingatkan Istri Soal Nuzululquran, Ajak Pegawai Kemenkes Aktif Membaca Al-Qur’an

Pengasuh Ponpes Nurul Hidayah Al Mubarokah Nur Rohman menjelaskan, kegiatan rutin ponpes yang berdiri sejak 2005 ini diadakan setiap tahun.

Prosesi pengajian tersebut diawali dengan berbuka puasa bersama di ponpes.

BACA JUGA: Malam Nuzululquran, Ade Yasin Membagikan Insentif Rp 1,7 Miliar untuk Hafiz

Selanjutnya para santri melakukan kirab dari ponpes menuju tempat terbuka.

Dari 250 santri, 30 santri mengikuti kegiatan khataman tersebut. Setiap santri mengaji satu juz, sehingga dalam semalam akan terselesaikan 30 juz.

BACA JUGA: Peringatan Nuzululquran Bersama Bamusi PDIP: Jihad Politik Praktis Tak Termaktub dalam Alquran

“Supaya menggugah, mengingatkan para santri bahwa pada zaman dahulu sebelum ada listrik masuk desa, susana mengajinya seperti ini,” terangnya.

Nur Rohman mengatakan, sebelum pandemi Covid-19 kegiatan tidak hanya diikuti para santri, namun juga diikuti masyarakat sekitar.

Khataman di lapangan terbuka tersebut agar menambah konsentrasi santri saat mengaji.

“Kalau sudah di alam terbuka begini, suasananya juga nyaman. Bacanya juga sangat-sangat menyentuh ke hati dan makin dekat dengan Allah,” kata Nur Rohman.

Salah seorang santriwati, Inayaturrohmah mengaku senang dengan kegiatan khataman dengan sentir di alam terbuka ini.

Dia mengaku sudah tiga kali mengikuti kegiatan yang rutin digelar setiap Ramadan ini.

Namun, diakui ada kendala saat membaca Al-Qur'an, karena sentir yang menerangi pada saat mengaji di lapangan terbuka terkadang tertiup angin dan nyaris mati.

“Kami lebih bisa khusyuk dan bisa merenungi saat Baginda Nabi (Muhammad) menerima wahyu pertama di Gua Hira saat gelap gulita,” ujarnya. (wid/bun/rs/fer/jpr)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler