jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR RI, Hinca Panjaitan menggunakan istilah sepak bola saat mengomentari tragedi Stadion Kanjuruhan Malang.
Dia menyebutkan aparat penegak hukum tidak hanya offside dalam menangani Aremania- suporter Arema- yang kecewa tim kesayangannya kalah 2-3 dari Persebaya, Sabtu (1/10) malam.
BACA JUGA: Heboh Kelpin Perekam Kengerian di Pintu 13 Stadion Kanjuruhan Diculik Intel, Irjen Dedi Berkata
"Kemarin aparat penegak hukum kalau pakai istilah sepak bola enggak sekedar offside, dia sudah diving dalam menangani penonton yang mereka duga rusuh, menurut, saya itu bukan," kata Hinca di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (4/10).
"Jadi, enggak hanya offside. Kalau offside hanya tendangan bebas. Kalau diving, harus dihukum kartu merah," lanjutnya.
BACA JUGA: Tragedi Kanjuruhan Jadi Pelajaran, Irjen Fadil Imran: Hindari Sifat Arogan
Politikus Partai Demokrat itu menjelaskan dalam sepak bola, suporter adalah pemilik kedaulatan tertinggi.
"Sesungguhnya suporterlah pemilik kedaulatan sepak bola itu. Sesakit-sakitnya kau main bola diteriaki penonton, lebih sakit kau main bola tidak ada penonton," kata Hinca.
BACA JUGA: Mas Didik Berharap TGIPF Ungkap Tuntas Tragedi Kanjuruhan
Legislator dari Dapil Sumatra Utara III itu menjelaskan jika semua pihak membahas peraturan permainan sepak bola, bisa menjadi diskusi yang panjang.
"Sepak bola itu menghibur, hiburan tanpa golongan, siapa saja, football for all. Suporter ini pemilik kedaulatan dan paling utuh di ujung sepakbola, maka negara maupun FIFA maupun penyelenggara, klub menempatkan itu yang paling mulia dalam konteks pertandingan," tutur Hinca.
Dia menjelaskan atas dasar itu lahirlah rule of the game yang menjelaskan tidak boleh ada kekuatan aparat penegak hukum masuk ke dalam stadion.
"Makanya disebut steward bukan polisi. Posisinya pun menghadap ke penonton, bukan ke lapangan, karena lagi-lagi filosofinya penonton inilah pemilik kedaulatan," jelasnya.
Pria yang pernah menjabar sebagai Ketua Umum PSSI itu juga menyebutkan jika ada penonton yang merespons kekalahan tim kesayangannya secara berlebihan itu hal yang manusiawi.
"Kalau kita lekatkan penonton ini menjadi sesuatu yan dalam tanda kutip sangat istimewa, maka negara dalam konteks ini kepolisian sama sekali dilarang menggunakan pendekatan represif terhadap penonton," tegasnya.
Dia juga menjelaskan jika seorang suporter menyaksikan pertandingan tim kesayangannya, pasti akan mengekspresikan bentuk dukungan dalam segala hal.
Termasuk, nyanyian untuk menjatuhkan mental lawan.
"Penonton itu menikmati pertandingan yang dinantikan karena itu bawa alat drum untuk bernyanyi pasti tidak ada niat jahat, mengapa kau represif terhadap dia, mengapa kau menunjang, mengapa dengan baju militer kau tendang itu sampe meninggal," pungkas Hinca. (mcr8/jpnn)
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Kenny Kurnia Putra