jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi X DPR RI Hasanuddin Wahid menuntut pengusutan tuntas Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan Aremania, suporter setia Arema FC dan dua anggota kepolisian.
"Semua pihak baik dari penyelenggara, PSSI, kepolisian, kalau ada salah dalam penanganan harus ditindak (dihukum, red) sesuai dengan peraturan perundang-undangan," kata pria yang juga Sekjen DPP PKB itu saat dihubungi, Minggu (2/10).
BACA JUGA: Tragedi Kanjuruhan, Bambang Rukminto: Copot Kapolda Jatim & Kapolres Malang
Hasanuddin juga meminta kepada semua pihak membantu proses identifikasi korban dari Tragedi Kanjuruhan. Terlebih lagi, jumlah Aremania tewas sangat banyak.
Dengan begitu, kata pria yang juga berstatus Aremania itu, pihak keluarga dan Arema FC bisa memberikan penghormatan terakhir kepada para korban meninggal dunia.
BACA JUGA: Ratusan Aremania Tewas saat Tragedi Kanjuruhan, Irjen Nico: Suporter Anarkistis
"Sekaligus bahu-membahu memberikan bantuan kepada mereka yang kesusahan dan yang sedang terluka atau yang sedang dirawat karena terluka," lanjutnya.
Hasanuddin dalam keterangannya juga menyerukan kepada seluruh kader PKB untuk menggelar salat gaib, mengibarkan bendera setengah tiang, dan tahlil selama tujuh hari yang ditujukan untuk para korban Tragedi Kanjuruhan.
BACA JUGA: Begini Langkah PSSI Agar tak Mendapat Sanksi FIFA Buntut Tragedi Kanjuruhan
"Kepada seluruh suporter sepak bola di seluruh tanah air apa pun klub Anda, di mana pun Anda berada, saya mengajak, saya mengimbau untuk melakukan salat gaib bagi ratusan suporter Arema yang meninggal," tuturnya.
Sebelumnya, ratusan orang suporter tewas setelah laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10) malam.
Polisi mencatat ratusan orang yang meninggal itu berstatus Aremania.
Kemudian, dua orang tewas ialah anggota Korps Bhayangkara yang menjaga pertandingan di Stadion Kanjuruhan. (ast/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Korban Tragedi Kanjuruhan 321 Orang, Rata-Rata Berusia 16-27 Tahun
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Aristo Setiawan