jpnn.com, LAMPUNG TIMUR - Seorang pria bernama Widi Yanto, 30, tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Lampung Timur (Lamtim), ditemukan tewas mengenaskan di Taiwan.
Dia mengembuskan napas terakhirnya Selasa (20/2) sekitar pukul 15.00 WIB.
BACA JUGA: Sepertinya Tak Ada Masalah, Bu Guru Habisi Tiga Anak Sendiri
Dari informasi yang dihimpun, ada sejumlah versi penyebab kematian warga Desa Mulyoasri, Kecamatan Bumiagung, Lamtim, itu.
Yang pertama, dia meninggal lantaran terjadi dari mes tempat kerjanya.Kemudian ada juga dugaan Widi tewas akibat melompat dari gedung tinggi. Sementara, pihak keluarga meyatakan Widi meninggal dunia karena sakit.
BACA JUGA: Tragis! Racuni Tiga Anak Sendiri, Bu Guru Mencoba Bunuh Diri
Dugaan Widi tewas akibat meloncat dari gedung tinggi dikuatkan Kepala Dinas Koperasi UMKM dan Tenaga Kerja Lamtim Budiyul Hartono.
Dia menyatakan informasi Widi tewas lantaran diduga meloncat dari gedung itu diperoleh pihaknya dari Balai Pelayanan Penempatan & Perlindungan TKI (BP3TKI) Lampung.
BACA JUGA: Aksi Heroik Kanit Reskrim Gagalkan Wanita Lajang Bunuh Diri
“Kebenaran penyebab kematian dan jadwal pemulangan jenazahnya masih menunggu informasi dari Konsulat Jendral Republik Indonesia di Taiwan,” jelas Budi Yul kemarin.
Menurut dia, Widi tercatat sebagai TKI resmi. Dia berangkat ke Taiwan melalui jalur legal. Widi Yanto tinggal di Tungshih Taiwan.
Dia cukup aktif di media sosial facebook. Sebelum kematiannya, pada Kamis (15/2) Widi sempat mengunggah video suasana sepi di tempat kerjanya di akun facebook . Dia juga menunggah video tengah menyantap bakso. Sehari kemudian, Widi mengunggah foto isteri dan anaknya.
Pada Minggu (18/2), Widi menulis status yang tak biasa. “Hari ini saya akan meninggal minta doa semuanya semoga masuk surga,” tulisnya.
Di hari yang sama pada pukul 11.50 WIB dirinya kembali menulis status. “ Mamak bapak lakonku urep gor teko sak mene ngapurone nek aq salah dongakne masuk surgo (Ibu bapak perjalanan hidupku hanya sampai disini, mohon maaf bila saya salah, doakan masuk surga),” tulisnya lagi.
Rangkaian status itu masih terus berlanjut. Pada pukul 11.53 WIB dia kembali mengunggah status. Berbahasa jawa. “Aq gak ngerti opo salahku yen salah sepurane kabeh nek wes aq ninggal masuk surgo,” (Saya gak ngerti apa salahku, bila salah tolong dimaafkan semua, bila saya meninggal masuk surga),” kata Widi.
Pukul 11.54 WIB statusnya tertulis, Bismillahirohman nirohim Allah Hu Akbar. Pukul 14.00 almarhum mengunggah vidio yang berjudul, Aq Wes Arep Dipaten, donga (Aku Sudah akan Dibunuh, doanya).
Pukul 14.12 kembali mengunggah vidio yang berjudul Tulung doakne Aq (Tolong Doakan saya). Pukul 17.17 kembali mengunggah vidio dengan judul, "sudah tak ada yang peduli dengan saya."
Kemudian pada pukul 20.30 WIB Widi mengunggah video siaran langsung yang berjudul melok polisi lur (ikut polisi saudara). Pukul 20.56 WIB dia kembali mengunggah siaran langsung yang berjudul Tulong (tolong). Dalam video itu, Widi meminta tolong karena sedang dikejar-kejar dan tak ada yang menolongnya.
Dari pemantauan di rumah duka, siang kemarin tetangga sekitar masih terus berdatangan ke rumah Giyono, 65, orang tua Widi Yanto. Sementara, ibu almarhum berada di dalam rumah.
“Mohon maaf, istri saya tidak bisa menemui, bila mendengar cerita tentang anak kami, dia langsung menangis,”jelas Giyono sembari mengajak berbincang di rumah putra ke duanya yang terletak persis di samping rumahnya.
Menurut Giyono, keluarganya mendapat kabar Widi Yanto meninggal, Selasa (20/2) lalu. “Istri saya langsung shok begitu mendengar kabar duka tersebut,”jelas Giyono.
Lebih lanjut Giyono menjelaskan, putra pertamanya tersebut berangkat ke Taiwan sejak 3 tahun lalu dan bekerja di pabrik baja.
Pada November 2017 lalu Widi Yanto sempat pulang karena ada kerabatnya yang menikah. Setelah acara selesai Widi Yanto kembali ke Taiwan. Setelah Widi Yanto kembali Taiwan, 7 bulan lalu istrinya berangkat ke Jakarta untuk bekerja.
Sementara, putri semata wayangnya yang masih berusia 3 tahun diasuh ke dua orang tua Widi Yanto Giyono dan Karti. Dari hasilnya bekerja di Taiwan, sebagian telah digunakan Widi Yanto untuk membangun rumah di Desa Sambikarto Kecamatan Sekampung Lamtim.
“Memang, anak dan menantu saya sempat ribut masalah rumah tangga. Namun, sepengetahuan kami, Widi Yanto sakit dan setelah menjalani perawatan selama 3 hari kemudian meninggal,”terang Giyono.
Atas meninggalnya, Widi Yanto pihak keluarga menyatakan telah ikhlas. Untuk mendoakan almarhum, setiap malam keluarga dan tetangga sekitar menggelar acara yasinan. “Mengenai jadwal pemulangan jenazah almarhum kami belum mendapat informasi. Kami percayakan kepada agensi yang memberangkatkannya dan pemerintah. Sebab, anak saya TKI resmi,”papar Giyono.
Widi merupakan warga Lamtim kedua yang tewas di luar negeri pada bulan ini. Sebelumnya, Firdiyanto (28) warga desa Sribasuki Batanghari Lamtim tewas di Malaysia, Jumat (16/2). Firdiyanto mengalami kecelakaan lalu lintas pada Kamis (15/2).
Jenazahnya telah dimakamkan di kampung halamnnya pada Minggu (18/2). Berbeda dengan Widi, Firdiyanto masuk ke Malaysia melalui jalur tak resmi.(wid/c1/wdi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelaku Dibuntuti dari Medan, Kurir Sabu Diciduk di Bakauheni
Redaktur & Reporter : Budi