jpnn.com - jpnn.com -Belasan rumah hanyut terbawa arus banjir yang melanda Sambelia, Lombok Timur, Nusa Tengara Barat, Sabtu (11/2) dini hari. Luapan air sungai akibat hujan deras yang terjadi sejak pukul 12.00 malam, juga masuk ke pemukiman warga yang sedang terlelap.
Banjir kali ini juga menelan korban jiwa. AKBP Lenap, Instruktur SPN Belanting meninggal dunia ketika berusaha menyeberangi arus menggunakan mobilnya.
BACA JUGA: Pasukan Semut Siap Kawal Habib Rizieq
“Korban meninggal ketika berusaha menyeberangi jalan yang sudah rusak dan tergenang arus akibat banjir menggunakan mobilnya. Warga sudah mengingatkan untuk tidak melintas tapi almarhum nekat. Ketika berada di tengah, arus yang terlalu deras menghanyutkan kendaraan korban sejauh satu kilo,” kata Kapolsek Sambelia, Iptu Zainudin Basri, seperti dikutip dari Lombok Post.
Melihat kendaraan korban yang hanyut, Kepala Desa Belanting menghubungi pihak Polsek Sambelia sekitar pukul 03.00 wita dini hari. Sayang, tim yang bergerak menuju lokasi tak bisa berbuat apa-apa lantaran jembatan di Desa Sambelia yang menjadi akses utama menuju Desa Belanting juga terputus total akibat diterjang banjir.
BACA JUGA: Pak Gubernur saja Bilang, Habib Rizieq itu Ulama
Masyarakat yang melihat mobil korban yang hanyut juga tak bisa berbuat banyak. Lantaran arus yang deras dan kondisi gelap membatasi gerak warga. “Korban berusaha keluar dari dalam mobilnya untuk menyelamatkan diri melawan arus. Pagi harinya korban ditemukan oleh masyarakat di pinggir sungai dengan kondisi tubuh luka-luka dalam keadaan tidak bernyawa,” kata Kapolsek.
Kemarin, jenazah korban sudah dibawa pulang ke kampung halamannya di Lombok Tengah. Akibat jembatan yang putus, jenazah AKBP Lenap diangkut menggunakan dua mobil ambulans. Di mana mobil ambulans pertama yang datang dari arah Belanting harus berhenti di seberang Jembatan Desa Sambelia. Sementara satu mobil unit ambulans lainnya menunggu di Seberang untuk dibawa ke Lombok Tengah.
BACA JUGA: Wagub Minta Tim Saber Pungli Lebih Garang Lagi
“Beliau adalah paman saya dari Desa Sengkol Kecamatan Pujut. Tadi malam saya dapat laporan kalau dia hilang. Saya nggak nyangka pagi-pagi beliau sudah meninggal,” kata Brigadir Agus Salim, keponakan korban.
Dari keterangan warga, puncak suasana mencekam terjadi sejak pukul 02.00 Wita. Air yang ada di sungai Desa sambelia meluap dengan deras dan masuk ke rumah mereka. Arus yang deras juga membuat beberapa rumah warga hanyut keseluruhan.
Baik bangunan hingga tanah tempat berdirinya rumah tersebut ikut terseret arus. “Saya lagi tidur sama ibu saya di dalam. Saya kaget tiba-tiba air masuk ke dalam tempat tidur kami. Makanya saya teriak minta tolong dan diarahkan warga ke tempat yang lebih jauh dari sungai,” tutur Rani, salah seorang warga Dusun Barito Desa Sambelia.
Listrik yang mati membuat warga semakin panik. Karena kondisi pencahayaan diungkapkan gelap gulita. “Semua orang teriak ketika banjir terjadi. Warga yang rumahnya di pinggir sungai langsung lari ke tengah. Baru pagi-pagi kita lihat banyak rumah yang rusak bahkan sudah hilang keseluruhan,” timpal Sahabudin warga Desa Sambelia lainnya.
Dari data BPBD Lotim sarana prasana yang terdampak akibat bajir ini di antaranya yakni jembatan penghubung jalur utama di Desa Sambelia putus total.
Empat rumah hanyut keseluruhan, sebelas rumah hanyut dan rusak sebagian. Sementara di Desa Sugian tanggul Sungai Kokok Pedek jebol menyebabkan akses jalan terganggu. Sebuah Sekolah Dasar dan rumah rusak berat, serta 75 rumah rusak ringan. (ton/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Semangati Korban Bencana, Mensos Berkantor di Bima
Redaktur & Reporter : Adek