Transaksi Sepekan Bursa Stagnan

Sabtu, 13 Desember 2014 – 13:19 WIB

JAKARTA - Meski berhasil menutup perdagangan akhir pekan di zona hijau, indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang minggu ini terkoreksi lebih dari setengah persen. Pada penutupan perdagangan kemarin (12/12), IHSG naik 7,738 poin (0,150 persen) ke 5.160,433. Indeks LQ45 menanjak 1,53 poin (0,17 persen) ke 888,02.

Secara kumulatif, sepanjang pekan ini, IHSG turun 0,53 persen dan indeks LQ45 melemah 0,64 persen. Selama pekan ini, volume saham ditransaksikan 34,526 miliar lembar senilai Rp 26,184 triliun. Investor asing secara kumulatif melakukan aksi beli Rp 8,881 triliun dan jual Rp 10,252 triliun. Dengan begitu, terjadi jual bersih investor asing (foreign net sell) Rp 1,37 triliun. 

Bursa Asia pada penutupan perdagangan kemarin mayoritas menguat. Indeks Straits Times menanjak 5,43 poin (0,16 persen) ke 3.324,13. Indeks Nikkei 225 naik 114,18 poin (0,66 persen) ke 17.371,58. Indeks Hang Seng turun 63,34 poin (0,27 persen) ke 23.249,20. Indeks Composite Shanghai melejit 12,43 poin (0,42 persen) ke level 2.938,17.

Tim Analis PT Valbury Asia Securities menyatakan, pada akhir pekan, beberapa sentimen memengaruhi pergerakan bursa regional, termasuk IHSG. Data machinery orders Jepang untuk Oktober turun 6,4 persen bila dibandingkan dengan data September. Penurunan tersebut merupakan kali pertama dalam lima bulan terakhir. Machinery orders merupakan indikator belanja modal utama yang memperlihatkan efektivitas kebijakan anggaran pemerintah. Dari Negeri Panda, Bank Sentral Tiongkok menyuntik dana 400 miliar yuan untuk meningkatkan kemampuan peminjaman bank dalam menyokong aktivitas ekonomi.

Sementara sentimen dari dalam negeri, pasar masih menyikapi hasil keputusan Bank Indonesia (BI) dalam rapat dewan gubernur. Rapat dewan gubernur BI pada Kamis kemarin memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) di posisi 7,75 persen. Selain itu, BI mempertahankan suku bunga lending facility pada 8 persen dan suku bunga deposit facility 5,75 persen.

Keputusan BI tersebut menjadi sinyalemen positif bagi pasar. Artinya, otoritas keuangan Indonesia menilai bahwa dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terhadap inflasi masih tetap terkendali. ''Sekaligus menunjukkan keputusan BI mampu meredam tekanan yang disebabkan pelemahan indeks bursa global,'' tandasnya. (gen/c14/oki)

BACA JUGA: Pupuk Modal, Mandiri Siap Merger

BACA ARTIKEL LAINNYA... PLN Cari Dana Demi Wujudkan Listrik 35 Ribu MW


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler