jpnn.com - BUKITTINGGI - Berbagai upaya dilakukan PT Bank Mandiri Tbk untuk menjadi bank terbaik di ASEAN pada 2020. Salah satunya kesiapan perseroan untuk berkonsolidasi dengan bank BUMN lain.
Direktur Keuangan dan Perencanaan Strategi Bank Mandiri Pahala N. Mansyuri mengatakan, modal yang dimiliki perseroan sekarang belum bisa menyaingi bank asing yang memimpin ASEAN. Karena itu, butuh marger agar permodalan semakin kuat.
BACA JUGA: Cabut Izin Ribuan Importer
Dia menyebut, saat ini modal bank pelat merah itu Rp 90 triliun. Sedangkan untuk mencapai target menjadi bank terbaik 5 tahun ke depan pihaknya butuh tambahan sekitar Rp 110 triliun.
"Idealnya, kita butuh modal Rp 200 triliun. Itu belum termasuk jika ada suntikan dari pemerintah. Kami senang jika pemerintah mau memberikan suntikan itu," katanya di sela-sela media training kemarin (12/12).
BACA JUGA: Cabai Rawit di Pondok Labu Rp 100 Ribu, Parung Rp 90 Ribu
Meski merger akan mempermudah perseroan untuk mencapai target, tapi pihaknya belum bisa memastikan penggabungan bank tersebut. Sebab, semua bergantung dari pemerintah. Namun, pihaknya memastikan Mandiri siap berkonsolidasi. Rencana penurunan setoran dividen yang ditetapkan pemerintah dari 30 persen menjadi 20 persen ditanggapi positif.
Dia berharap hal itu dapat segera terealisasi. Dengan begitu, penumpukan laba semakin besar dan daya saing Mandiri makin kuat. Dia memperkirakan penurunan setoran dividen membuat Mandiri baru membutuhkan suntikan modal pada 2020. Sebab, penurunan setoran dividen akan menjaga likuiditas perseroan.
BACA JUGA: PLN Cari Dana Demi Wujudkan Listrik 35 Ribu MW
"Tapi kalau dividen tetap diminta 30 persen, kami estimasi kebutuhan suntikan modal akan lebih cepat. Mungkin 2018-2019," ujarnya.
Menurut Pahala, penurunan dividen membuat rasio kecukupan modal (CAR) perusahaan tetap terjaga. Hingga akhir tahun ini, CAR Bank Mandiri akan berada pada kisaran 16 persen. Selain itu, dia juga berniat mencari pendanaan bilateral dari sejumlah bank asing Rp 1,7 triliun. Tahun ini, Bank Mandiri telah mendapatkan pinjaman dari bank asing senilai Rp 2,3 triliun.
Vice President Electronic Banking Bank Mandiri Budi Hartono mengatakan, cara lain untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir tahun depan adalah dengan memperkuat pangsa pasar domestik agar memiliki market cap tertinggi. Dia menjelaskan, saat ini transaksi e-money di indonesia beru 15 persen, sehingga ceruk pasarnya masih sangat besar.
"Banyak keuntungan dari penggunaan transaksi e-money, lebih hemat biaya, aman, dan efisien," tuturnya.
Karena itu, pihaknya perlu menyiapkan sistem komprehensif agar masyarakat makin terbiasa dengan transaksi-transaksi electronic banking. Peluang usaha itu sangat prospektif, karena semua sektor industri pasti memerlukan sistem pembayaran electronik berbeda-beda. Secara keseluruhan, jumlah transaksi elektronik Mandiri tumbuh 25-30 persen. Hingga saat ini perseroan menguasai market share 17-18 persen. Pada 2020, Mandiri menargetkan pangsa pasar 20 persen. (ias/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wika tak Masalah BUMN Dilarang Ambil Proyek di Bawah Rp 30 M
Redaktur : Tim Redaksi